Bertamu di rumah seorang Arsitek Swiss, Benhard Bart,yang telah bertahun2 mendalami Songket di Asia. Dari perjalanannya ke Manca Negara, akhirnya tertariklah dengan Songket Lama Minangkabau. Di kediamannya Kompleks SMKN 1, Batu Taba, Ampek Angkek Agam, Sumbar dan setelah membaca bukunya yang sarat dengan pendapat2 para budayawan, penghulu dan sesepuh Minang, telah membuka satu persatu pemahaman saya tentang Budaya Minangkabau. Songket yang dihasilkan melalui helaian benang2 yang ditenun, ternyata mengandung makna yang dalam, tentang perjalanan kebudayaan dan masyarakat Minangkabau. Pada motif sebuah songket lama, kita dapat melihat daya hidup dan kreatifitas nenek moyang Minangkabau 100 tahun yang lalu . Motif2 songket Minangkabau ditampilkan dalam wujud simbol2 alam, terutama tumbuhan yang kaya makna tersurat, tersirat bahkan tersuruk . Contoh : 1. Motif kaluak paku (pakis),menyiratkan bahwa pentingnya bersikap introspeksi, karena pucuk paku bergelung ke dalam terlebih dulu baru ke luar. 2. Motif pucuak rabuang /bambu, menyiratkan bahwa bambu selalu bisa dimanfaatkan dari muda sampai tua. Dari rebung untuk dimakan, sampai bambu untuk kerajinan. Dan makna tersirat juga dapat dilihat bahwa semakin tua dan berpengalaman orang Minang hendaknya semakin merunduk. 3. Motif Bungo Antimun (mentimun), dimana mentimun selalu dapat dimanfaatkan selain dapat dimakan juga bisa berguna untuk perawatan kecantikan. Dari cara tumbuhnya yang menjalar dan selalu melekatkan akarnya ke penopang seruas demi seruas,makna tersuratnya menurut Abdul Hamid Dt.Rangkayo Sati adalah melakukan sesuatu haruslah secara sistematis dan mengakar atau jika beragumentasi harus jelas dan dengan dalil yang kuat. 4. Motif Bijo/biji Bayam, dimana tanaman bayam mudah tumbuh dimana saja. Jika sudah tua, bijinya yang halus dan ringan mudah menyebar, diumpamakan bagi orang berilmu memberikan ilmu dengan ikhlas dan menerima imbalan juga dengan ikhlas. Dalam Minangkabau, murid biasanya mengisi cupak nan tangah (mengisi tempat beras di rumah gurunya)sesuai kemampuannya. 5. Motif Ilalang Rabah/Rebah, artinya ilalang yang rebah jangan diinjak dengan sembrono, akarnya yang merentang tersembunyi, bisa menjadi ranjau yang dapat menjatuhkan. Artinya kewaspadaan, kehati2an dan kecermatan seorang pemimpin adalah hal yang utama. Kekuasaan harus diarifi agar tidak terjadi kesewenang2an. Tidak selamanya orang lemah menyerah pada penindasan bahkan akar rumput pun bisa menjelma meruntuhkan kezaliman. Ada lebih dari 14 motif lagi yang sarat dengan filosofi adat Minangkabau yang tersembunyi di dalam Songket Lama yang pengerjaannya lebih rumit, namun zaman dulu nenek moyang kita mengerjakannya dengan ketekunan & kesungguhan hati. Motif2 tersebut saat ini tidak sepenuhnya ada lagi, karena kerumitan dan tuntutan pasar yang semakin menyamarkan arti dari filosofi Minangkabau tadi. Saat ini mungkin melalui generasi2 muda, budayawan serta kebijaksanaan pemerintah yang mengertilah, perlunya kita merevitalisasi kembali Songket Lama Minangkabau, sebuah Identitas Budaya yang hampir dilupakan. Semoga. (Tulisan ini juga dapat dilihat pada http://andaluarbiasa.com (situs yang kaya dgn motivasi dan inspirasi) Diposkan oleh Linda Hevira (http://lahevi.blogspot.com)

Pewarta : Linda Hevira
Editor :
Copyright © ANTARA 2024