Bila Rembug ini bertema Indonesia Bisa, Indonesia Juara, maka jelas tujuan pembinaan olahraga adalah prestasi, maka kita belum bicara bagaimana meraih prestasi itu,"
Balikpapan (ANTARA News) - Mewakili Ikatan Atlet Nasional Indonesia, Icuk Sugiarto mengkritisi Rembug Olahraga Nasional yang digelar di Balikpapan, Sabtu.

Icuk, atlet nasional bulutangkis yang sekarang Ketua Pengda PBSI DKI Jakarta menyebutkan dalam sehari gelaran Rembug Olahraga Nasional tersebut, tidak nampak ada upaya untuk menyamakan komitmen untuk olahraga.

"Rembuk Nasional ini mungkin menyelesaikan masalah Pak Tono dan KONI, tapi dari apa yang dibicarakan hari ini, belum ada tanda-tanda kesepakatan untuk menyelesaikan masalah olahraga nasional," kata Icuk Sugiarto, juara dunia bulutangkis tahun 1983.

Tono Suratman adalah Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan penggagas utama acara Rembuk Nasional yang disebutkan panitia dihadiri hingga 800 orang peserta dari KONI, baik KONI Pusat, KONI provinsi dan kabupaten kota, hingga pengurus induk-induk cabang olahraga.

Sepanjang acara Sabtu, adalah penyampaian informasi dari sejumlah kementerian yang berkenaan dengan olahraga, mulai dari Kementerian Olahraga sendiri, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, hingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Diskusi-diskusi yang berlangsung adalah untuk menanggapi paparan dari para narasumber dari sejumlah kementerian tersebut.

"Bila Rembug ini bertema Indonesia Bisa, Indonesia Juara, maka jelas tujuan pembinaan olahraga adalah prestasi, maka kita belum bicara bagaimana meraih prestasi itu," lanjut Icuk.

Membicarakan prestasi, lanjut Icuk, berarti membicarakan juga cara-cara meraihnya. Dalam olahraga, untuk berprestasi diperlukan atlet yang baik, bersemangat, pelatih yang mumpuni, dan organisasi yang rapi untuk manajemen. Dari hal ini, dana hanya salah satu aspek dari pembinaan olahraga.

Jelas Icuk, bila atlet berkomitmen penuh, pelatih berkomitmen segenap hati, tapi kalau pengurus komitmennya setengah-setengah, maka prestasi atlet tak akan maksimal. Termasuk dalam pengurus ini mulai dari pengurus cabang, pengurus besar di pusat, dan KONI yang menjadi koordinator, dan pemerintah yang memiliki kuasa anggaran.

"Kami melihat bagaimana pemerintah bermain safe saja ketika ada organisasi olahraga dipolitisasi. Kalau organisasi dipolitisasi seperti itu, mereka akhirnya tidak bisa mengurus olahraganya, atletnya dengan maksimal, setelah itu tentu tak bisa kita harapkan prestasinya," tambah Icuk Sugiarto.
(KR-NVA/A020)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012