Jakarta (ANTARA) - Gugusan pulau terlihat mengambang di luasnya laut nan biru, tak tampak riak gelombang dari atas helikopter yang terbang rendah menuju Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Helikopter yang ditumpangi Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita dan rombongan dari Kementerian Sosial itu terbang selama 10 menit dari Bandara Oesman Sadik di Labuha hingga mendarat di lapangan sepak bola Desa Saketa.

Setiba di Saketa, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo bersama unsur Forkopimda Maluku Utara tediri dari Gubernur, Kapolda dan Pangdam menyambut rombongan Mensos. Mereka kemudian berbicara serius di tengah gerimis yang membasahi tanah Saketa.

Tidak lama, baling-baling helikopter berputar kembali menerbangkan rombongan Mensos dan Kepala BNPB dan lainnya ke Gane Luar untuk melihat kondisi daerah yang terdampak gempa paling parah tersebut.

Karena letaknya sulit dijangkau dan tidak ada jalan yang bisa dilalui, maka warga belum mendapatkan bantuan. Hampir sebagian besar rumah warga Gane Luar rusak akibat gempa bermagnitudo 7,2 yang menggoyang Halmahera Selatan pada Minggu, 14 Juli 2019 itu.

Karena tidak berani kembali ke rumah dan tempat tinggal mereka yang juga tidak bisa lagi ditempati, maka warga membangun sendiri tempat pengungsian dari bahan yang ada, seperti kayu dan dedaunan untuk atapnya.

Tempat pengungsian sementara yang dibangun seadanya itu jauh dari layak, apalagi tidak ada fasilitas untuk MCK dan mereka kesulitan mendapatkan air bersih serta makanan.

Beberapa hari pascagempa, bantuan mulai terdistribusikan, tapi hanya dalam jumlah kecil karena diangkut dengan sepeda motor.

Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan sulitnya akses menuju lokasi terdampak gempa bumi. "Kita lihat langsung dari atas (helikopter) memang kesulitannya adalah jarak antarkampung berjauhan dan tidak ada akses," katanya.

Ia menambahkan bahwa cuaca buruk yang menyebabkan gelombang tinggi menjadi salah satu faktor yang memperlambat penyaluran bantuan.

Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba juga mengakui cuaca buruk disertai ombak tinggi menjadi kendala dalam penyaluran bantuan.

"Memang kita terlambat, tapi karena cuaca dan ombak. Kalau ke Gane Luar aksesnya hanya dengan motor," kata Abdul Gani Kasuba.


Distribusi Bantuan

Agar warga yang menjadi korban tidak terlalu lama tanpa bantuan, Kemensos berinisiatif mendistribusikan bantuan dengan sepeda motor yang ditempuh sekitar lima jam perjalanan darat menyusuri bibir pantai dengan kondisi jalan licin setelah hujan dan tanpa penerangan.

Pendistribusian bantuan dengan sepeda motor langsung dilakukan Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Rachmat Koesnadi. Ia juga menyerahkan santunan kepada ahli waris keluarga Aina Amiin (50) dan Wiji Siang (60) di lokasi pengungsian Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan.

Karena akses yang paling memungkinkan adalah lewat laut, maka Kemensos mendistribusikan bantuan lewat laut.

Sebanyak 1.000 paket sembako berhasil didistribusikan ke Desa Gane Luar dan Desa Bisui, Halmahera Selatan, dengan menggunakan longboat pada Kamis (18/7) malam. Alternatif lainnya, bantuan didistribusikan dengan helikoper BNPB.

Dua unit helikopter BNPB yang disiapkan bukan hanya untuk mengangkut bantuan tapi juga akan membawa tenaga medis untuk memberikan layanan kesehatan bagi para korban.

"Kita mulai kirim tenaga medis dan personel, khususnya bidang konstruksi dari zeni, untuk mendirikan tenda-tenda dan dapur lapangan," kata Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayjen TNI Marga Taufiq.

TNI mengirimkan lima dokter yang ikut dalam operasi penanganan gempa bumi di Halmahera Selatan. Sementara dari kepolisian juga menurunkan sekitar 150 personel yang di dalamnya juga tergabung tim penyembuhan trauma dan tenaga kesehatan.

"Sekarang fokus kami bagaimana mendistribusikan bantuan-bantuan itu. Karena kondisi geografis di sini jaraknya jauh antardesa dan transportasi juga sebagian besar lewat laut, sementara cuaca buruk," kata Kapolda Maluku Utara Brigjen Pol Suroto.

Untuk melancarkan operasi kemanusiaan itu, Polda Maluku Utara juga menurunkan dua kapal dari Polair untuk membantu distribusi logistik. Selain itu juga kepolisian diturunkan untuk membantu mengamankan lingkungan yang ditinggalkan oleh warga.

Sementara, Kemensos telah menyalurkan bantuan senilai Rp1,39 miliar terdiri dari bantuan logistik tahap satu sebesar Rp4.965.000, bantuan logistik tahap dua sebesar Rp145.072.000, tahap ketiga sebesar Rp356.135.490, bantuan paket sembako sebesar Rp300.000.000 untuk 1.200 paket, bantuan peralatan kebersihan senilai Rp500.000.000 dan santunan ahli waris sebesar Rp15.000.000 bagi setiap korban meninggal dunia.


Dampak Gempa

Gempa bumi dengan magnitudo 7,2 mengguncang Halmahera Selatan pada Minggu (14/7) pukul 16.10 WIB dengan kedalaman 10 kilometer akibat pergerakan sesar aktif Sorong-Bacan.

Dampak gempa telah menyebabkan 971 rumah rusak dan 3.104 jiwa terpaksa harus mengungsi karena masih mengalami trauma.

Terdapat 15 titik pengungsian di daerah bencana itu, yaitu di Kantor BPBD Halmahera Selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Selatan, Polres Kabupaten Halmahera Selatan, Mesjid Raya, Kantor LP Halsel, SMEA Amasing, Gunung Bobebo dan sisanya berada di lokasi Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur.

Selain itu gempa juga menimbulkan lima korban jiwa atas nama Aisyah (50), warga Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, Asfar Mukmat (25), warga Desa Gane Dalam, Kecamatan Gane Barat Selatan, Sagaf Girato (50), warga Desa Yomen, Kecamatan Joronga, Wiji Siang (60), Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, dan Saimah (90), warga Nyonyifi, Kecamatan Bacan Timur.

Selain itu ada dua orang mengalami luka berat dan 49 orang luka ringan. Bupati Halmahera Selatan telah menetapkan status keadaan darurat selama tujuh hari sejak gempa terjadi hingga 21 Juli 2019.

Kawasan Halmahera Selatan memang termasuk wilayah seismik aktif dan kompleks sehingga memang sering terjadi gempa.

terdapat empat zona seismogenik sumber gempa utama di kawasan tersebut, yaitu Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan.

Ketiga sistem sesar, yaitu Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan, merupakan percabangan atau "splay" dari Sesar Sorong yang melintas dari timur membelah bagian atas "kepala burung" di Papua Barat.

Di Pulau Batanta, ke arah barat Sesar Sorong mengalami percabangan. Pada percabangan yang paling utara, yaitu Sesar Sorong-Bacan itulah yang selama ini menyimpan akumulasi medan tegangan kulit bumi yang akhirnya terpatahkan sebagai gempa berkekuatan magnitudo 7,2 pada Minggu (14/7) sore.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, catatan sejarah gempa kuat dan merusak di Halmahera cukup banyak. Setidaknya di wilayah itu terjadi tujuh kali gempa kuat, yaitu gempa Pulau Raja pada 7 Oktober 1923 dengan magnitudo 7,4 dan intensitas VIII MMI.

Selain itu, gempa Bacan pada 16 April 1963 bermagnitudo 7,1 skala intensitas VIII MMI, gempa Pulau Damar pada 21 Januari 1985 magnitudo 6,9 intensitas VIII MMI, serta gempa Obi pada 8 Oktober 1994 magnitudo 6,8 intensitas VI-VII MMI.

Gempa Obi magnitudo 6,7 pada 13 Februari 1995 dengan intensitas VIII MMI, dan gempa Labuha 20 Februari 2007 magnitudo 6,7 intensitas VII MMI.

Gempa yang terbaru pada Minggu (14/7), pukul 16.10.51 WIB, berkekuatan magnitudo 7,2. Episenter terletak pada koordinat 0,56 LS dan 128,06 BT pada kedalaman 10 km.

Indonesia memang wilayah rawan gempa karena berada di antara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Selain itu juga Indonesia termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain gugusan gunung berapi di dunia.

Karena kerawanannya itulah maka masyarakat, terutama yang hidup di wilayah rawan gempa, perlu memahami dan mengetahui apa yang harus dlakukan ketika terjadi gempa.

Baca juga: Mensos dan Kepala BNPB kunjungi lokasi gempa Halmahera Selatan
Baca juga: BNPB: Korban meninggal akibat gempa Halmahera Selatan lima orang

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019