Jakarta (ANTARA) - Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menilai program-program yang diusung oleh calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo dalam Pemilu Presiden 2019 lebih konkret dibandingkan program dari capres nomor urut 02, Prabowo Subianto.

"Kalau Prabowo bilang 100 hari masalah selesai, sembako murah, pengangguran hilang, konkretnya seperti apa? Jokowi punya program sembako murah, ada juga kartu pra kerja untuk mengatasi pengangguran dan membantu siswa SMK yang mencari kerja. Jokowi lebih konkret dan nyambung dengan kebutuhan masyarakat," kata Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Rian Ernest, di Jakarta, Jumat.

Menurut politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini, banyak sekali prestasi Presiden Jokowi di tengah hujan fitnah dan hoaks, seperti KIP, KIS dan keluarga harapan.

Ia mempertanyakan track record Prabowo-Sandi dengan masyarakat kecil. Kalau bicara sektor publik, kita bisa lihat selama Sandi jadi Wagub DKI. Sandi selalu gembar gembor OK OCE, mengklaim sudah melahirkan 40 ribu wirausaha, padahal hanya memberikan modal untuk 150 orang. Jadi saya kira itu overclaim, kata Rian.

Menurut dia, Prabowo-Sandi seperti menyederhanakan program, seolah rakyat tidak bisa mikir.

"Seharusnya Prabowo-Sandi memberikan gagasan yang konkret," ujarnya.

Sementara itu, pengamat politik Adi Prayitno, mengatakan, Prabowo-Sandi sering menyederhanakan persoalan, seperti harga kebutuhan sembako mahal, tapi tidak dijelaskan berapa persentasenya.

"Jangan semua disamakan," katanya.

Mengenai debat cawapres yang menghadirkan Ma'ruf Amin dan Sandiaga Salahudin Uno pada putaran ketiga yang berlangsung pada 17 Maret 2019 diharapkan tidak menjadi pertemuan "ulama dan santri".

"Ini adalah salah satu strategi dari Sandi untuk memposisikan dirinya sebagai santri dan menganggap Ma'ruf sebagai senior yang tidak pernah salah," katanya.

Di dalam beberapa kesempatan Sandi kerap mengatakan akan "sami'na wa atho'na" (saya dengar, saya patuh) saat mengahadapi Ma'ruf Amin.

Hal ini, menurutnya akan membuat debat ketiga tidak menjadi menarik. Harusnya dalam debat ketiga yang membahas tema "Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial dan Budaya" tersebut menjadi ajang untuk memaparkan program-program terbaik mereka.

"Harusnya debat ketiga menjadi debat yang kita tunggu-tunggu. Mereka berdua adalah instrumen penting. Keduanya memiliki keistimewaan masing-masing," ujar dia.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019