Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi ...
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Rajawali Foundation Jonathan Pincus mengingatkan pentingnya pembangunan ketenagakerjaan inklusif dalam upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan prioritas pembangunan pemerintah lima tahun ke depan. 

"Kami punya program Sinergi (Strengthening Coordination for Inclusive Workforce Development in Indonesia) serta telah dijalankan dengan Pemprov Jawa Tengah yang ditujukan untuk memperkuat koordinasi pembangunan ketenagakerjaan inklusif," kata Jonathan di Jakata, Selasa.

Untuk membantu penguatan koordinasi pembangunan ketenagakerjaan inklusif di Jateng, Sinergi berpegang kepada  tiga pilar utama, yakni pemuda, perusahaan, dan pemerintah daerah, yang diwadahi dalam suatu forum koordinasi bernama Poksi (Kelompok Aksi) Ketenagakerjaan Inklusif. 

“Poksi ini mendorong dan memfasilitasi para pemangku kepentingan terkait untuk dapat menghasilkan suatu rancangan aksi inovatif bersama (Co-Design Innovative Actions) guna mengatasi persoalan kemiskian dan pengangguran di kalangan kaum muda miskin dan rentan," ujar Jonathan.. 

Jonathan mengatakan, Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia nonproduktif. Bila bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. 

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jateng 2018-2023, persoalan kemiskinan dan pengangguran menjadi isu strategis bagi pemerintah daerah. Persentase penduduk miskin pada bulan Maret 2018 sebanyak 3.897,20 jiwa atau 11,32 persen. Sedangkan, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 823.938 orang (Sakernas, 2017). Secara spesifik, jumlah kaum muda miskin dan rentan di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Demak dan Boyolali mencapai 410.334 orang (SIKS-NG, Dinsos Prov Jawa Tengah, 2018). 

“Kaum muda seperti ini termasuk dalam kelompok penduduk miskin dan rentan sehingga membutuhkan kehadiran pemerintah agar mereka mampu berperan serta dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi inklusif,” kata Jonathan. 

Project Leader Sinergi Bambang Wicaksono menambahkan, selama 15 bulan sejak Oktober 2017 hingga Desember 2018, USAID  bekerjasama dengan Rajawali Foundation  telah melaksanakan proyek Sinergi, dengan fokus empat daerah pendampingan, yaitu: Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Demak. 

Sasaran awal dari proyek ini adalah 450 kaum muda kurang mampu dan rentan (termasuk kaum difabel). 

“Namun, proyek tersebut tidak menutup kesempatan untuk daerah lain di Indonesia. Target akhir program ini adalah menyasar 200.000 kaum muda kurang mampu dan rentan di enam provinsi di Indonesia,” kata Sony.

 Salah satu wujud dari program tersebut, kata Bambang, salah satunya membekali kaum muda kurang mampu secara ekonomi dan rentan yang disesuaikan dengan minat, bakat, serta kebutuhan pasar kerja. 

Selain itu, Sinergi juga telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok di antaranya: pemetaan para champion ketenagakerjaan inklusif; riset ketenagakerjaan inklusif; dialog nasional ketenagakerjaan inklusif; pembentukan Poksi; pelaksanaan Dana Sinergi untuk pelatihan kerja dan pemagangan; serta major events ketenagakerjaan inklusif. 
Baca juga: Lima inovator muda menangi ajang SDG Pipe
Baca juga: Bappenas susun "roadmap" pembangunan kelautan berkelanjutan

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019