Menyimpan kain tenun sebaiknya tidak boleh kering dan tidak boleh terlalu lembab. Soalnya kalau terlalu kering kain bisa pecah, kalau terlalu lembab bisa berjamur. Harus diangin-anginkan.
Jakarta (ANTARA News) -  Keindahan kain tenun tradisional telah memikat banyak orang untuk mengoleksinya. Butuh ketelatenan untuk merawat kain tenun agar tidak rusak dan dapat awet hingga ratusan tahun.

Beberapa kolektor memiliki kiat tersendiri dalam menjaga kain tenun, salah satunya adalah Vilidius R. P. Sinuria yang mengkoleksi ratusan kain tenun, menurutnya, menjaga kelembaban udara menjadi faktor penting untuk merawat kain tenun.

"Menyimpan kain tenun sebaiknya tidak boleh kering dan tidak boleh terlalu lembab. Soalnya kalau terlalu kering kain bisa pecah, kalau terlalu lembab bisa berjamur. Harus diangin-anginkan," kata pria yang lebih banyak mengkoleksi ulos Batak tersebut saat ditemui di Tarutung, Kamis.

Jika kain disimpan di dalam lemari, dia tidak menyarankan untuk memberikan pengharum lemari atau kamper, menurutnya wangi dari pengharum dan kamper dapat lengket ke kain tenun.

Sebaiknya letakkan cabai kering di dalam lemari untuk mengusir ngengat yang dapat merusak kain.

Kain tenun sebaiknya dicuci ketika kotor saja. Jika kain berdebu cara terbaik untuk mencucinya adalah dengan mengguyur dengan air bukan direndam. Kalau di rendam warna yang ada pada kain akan hilang.

Menjemurnya pun tak boleh di bawah matahari langsung, hal itu berguna untuk menjaga warna tenun tersebut.

Sementara itu kolektor tenun yang juga Ketua Wastra Indonesia Bhimanto Suwastoyo mengatakan untuk tenun yang bernoda jangan dicuci dengan diterjen, sebaiknya cuci dengan sabun lerak.

Dia pun menyarankan menyimpan tenun dengan cara digulung dengan PVC sebagai mediumnya,  kain dilapisi kertas asam agar terhindar dari debu.

"Saya juga mengganti kertas asam itu 1,5 tahun sekali," kata Bhima yang memiliki 300-an lebih kain tenun nusantara. *

Baca juga: Motif kain tenun khas dayak lahir dari mimpi-mimpi perempuan penenunnya
 

 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018