... sehingga tidak perlu seperti sekarang, jika ada apa-apa, harus didatangkan dari Jakarta...
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menyiapkan pusat-pusat kawasan tanggap darurat sebagai pusat pendistribusian bantuan jika terjadi bencana di wilayah-wilayah daerah. Bencana alam paling akhir yang terjadi adalah gempa Bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, yang menimpa Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan kawasan sekitarnya.
   
"Itu lebih kepada sistem peringatan dini. Kemudian perlu ada satuan yang gerak cepat apabila di suatu daerah ada bencana sehingga tidak perlu seperti sekarang, jika ada apa-apa, harus didatangkan dari Jakarta," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, di Jakarta, Selasa.

Sebagai ilustrasi, penerbangan langsung C-130H Hercules TNI AU dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, ke Bandara SIS Al-Jufri Mutiasa, Palu, dalam kondisi muatan sarat (sekitar 18 ton), memerlukan waktu hampir tiga jam. 

Sementara jika penerbangan itu dilakukan dari Pangkalan Udara TNI AU Hasanuddin, waktu yang diperlukan sekitar satu jam, demikian juga jika dari Pangkalan Udara TNI AU Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Saat Brodjonegoro mengatakan itu, dia baru selesai turut sidang kabinet paripurna bertopik Evaluasi Penanganan Bencana Alam di Istana Negara, Jakarta.
   
Dalam sidang itu, Presiden Joko Widodo mengarahkan kepada kementerian dan lembaga agar memperhatikan sistem peringatan dini, edukasi mengenai kebencanaan, dan kesiapan manajemen bencana, yang didasarkan kepada peta kerawanan bencana.
   
Selain itu, Brodjonegoro juga menjelaskan, pemerintah akan menyiapkan tiga wilayah baru bagi masyarakat terdampak bencana yang tempat tinggalnya musnah dan memiliki areal tanah yang berbahaya.
   
"Kami menghindarkan wilayah-wilayah yang kemarin itu (terlanda bencana alam; di sana) memang berbahaya, utamanya wilayah yang langsung di bawahnya ada sesarnya. Kedua, pantai yang kena tsunami, dan ketiga, wilayah yang kemarin kena likuifaksi," ujar menteri itu.
   
Menurut dia, warga yang memiliki rumah di areal tanah yang tidak berbahaya tetap akan diperbaiki di tempat yang sama.
   
Ia mengungkap dana hibah tanggap darurat yang telah terkumpul hingga saat ini senilai 50 juta dolar Amerika Serikat.
   
Untuk Sulawesi Tengah,sebelumnya pemerintah menyebutkan tiga alternatif lokasi baru pemukiman, yaitu di Kelurahan Duyu dan Kelurahan Tondo, di Palu, serta Kelurahan Pembewe, di Kabupaten Sigi.
   
Pemerintah juga menyiapkan hunian sementara (huntara) sekitar 1.200 unit sesuai jumlah pengungsi. Satu huntara diharapkan menampung 10 kepala keluarga atau 10 petak yang dilengkapi dengan fasilitas MCK, dapur umum dan kebutuhan lain.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018