Jadi bisa ditentukan langkah-langkah strategis apa saja yang tersistem untuk melakukan pengurangan tadi (CO2). Dan langkah-langkah itu akan bisa terukur kalau gas rumah kaca itu kita pantau secara terus menerus,
Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan pemantauan kondisi gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan lewat Stasiun Pemantau Atmosfer Global mendorong penetapan upaya-upaya strategis dalam mitigasi perubahan iklim.

"Jadi bisa ditentukan langkah-langkah strategis apa saja yang tersistem untuk melakukan pengurangan tadi (CO2). Dan langkah-langkah itu akan bisa terukur kalau gas rumah kaca itu kita pantau secara terus menerus," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers sebagai bagian dari rangkaian acara Lokakarya Internasional Penguatan Pelayanan Publik di Bidang Pemantauan Gas Rumah Kaca di Jakarta, Selasa.
 
Dari kiri ke kanan Kepala Pusat Pelayanan Informasi Iklim Terapan BMKG Guswanto, Direktur Jenderal Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers sebagai rangkaian acara Lokakarya Internasional Penguatan Pelayanan Publik di Bidang Pemantauan Gas Rumah Kaca di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (7/08/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)


Dia menuturkan Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) atau Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Koto Tabang, Sumatera Barat, selama 14 tahun pengukuran gas rumah kaca mencatat kenaikan konsentrasi karbondioksida (C02) sekitar 1,94 ppm per tahun dari 371,7 ppm pada Juni 2004 menjadi 398,8 ppm pada Juni 2018.

"Dengan tahu angka ini kita bisa mengira-ngira harus seberapa dahsyatkah upaya kita agar bisa tersistem untuk mengurangi kenaikan tadi, misalnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan menambah reboisasi," tuturnya.

Dengan hasil pengamatan dan pemantauan gas rumah kaca itu, dia mengajak seluruh intansi terkait dan komponen bangsa termasuk masyarakat harus menyadari kondisi tersebut dan berkerja bersama dalam menangani perubahan iklim termasuk mengurangi gas rumah kaca. 

Upaya-upaya mitigasi perubahan iklim ditujukan mewujudkan komitmen Indonesia dalam rangka mengurangi emisi GRK sebesar 29 persen dengan upaya sendiri atau 41 persen dengan dukungan internasional sampai pada 2030. 

"Ayo kita ramai-ramai melakukan aksi-aksi nyata di lapangan untuk bisa mengurangi kenaikan CO2 tadi," tuturnya.

Selain gas rumah kaca (GRK), Stasiun GAW melakukan pemantauan kualitas udara yang tidak dapat dipisahkan dalam pemantauan GRK karena keterkaitan hubungan kausatif antara keduanya.

Dalam kaitan dengan pengukuran gas rumah kaca, BMKG dengan supervisi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah berkontribusi secara global dan nasional dalam melaporkan pengukuran gas rumah kaca yang dilakukan Stasiun GAW.

BMKG terus berupaya melakukan pengamatan konsentrasi GRK baik melalui Stasiun GAW maupun pengukuran GRK otomatis di lima lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG di daerah. 

Namun demikian, kolaborasi dan kerjasama baik dengan ilmuwan nasional dan internasional, terutama antar jaringan Stasiun GAW terus dibutuhkan untuk penguatan analisis dan kalibrasi data yang dihasilkan. 

Sebagai bukti keseriusan Indonesia sebagai salah satu pusat pemantau atmosfer global sekaligus salah satu paru-paru dunia, BMKG melalui APBN tahun 2013 membangun Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu, Sulawesi Tengah untuk merepresentasikan data GRK Indonesia bagian tengah dan Stasiun Pemantau Atmosfer Global Puncak Vihara Klademak Sorong, Papua untuk mewakili Indonesia bagian timur. 

Saat ini, dukungan terhadap kegiatan pengukuran terutama peningkatan dari sisi instrumentasi serta pengajuan pengakuan status Stasiun GAW Palu dan Sorong dari auditor internasional Eidgenössische Materialprüfungs- und Forschungsanstalt (EMPA, Laboratorium Pemerintah Federal Swiss untuk Sains dan Teknologi Material) sedang menjadi fokus BMKG. 

Selain itu, BMKG juga menjalin kerja sama dengan National Institute for Environmental Studies (NIES) dalam pengukuran CO2 dan methana.
 
Dengan adanya penambahan jaringan stasiun pemantau atmosfer dan jaringan pemantau GRK dengan kerja sama internasional tersebut, BMKG akan mampu memberikan pelayanan terkait isu pemanasan global dan perubahan iklim yang cepat, tepat, akurat serta luas jangkauannya sebagai bentuk komitmen internasional dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global. 


Baca juga: BMKG bantah Indonesia penyumbang GRK terbesar ketiga dunia
Baca juga: Pemerintah Indonesia berkomitmen terus tanggulangi perubahan iklim

Baca juga: Strategi Kemenperin turunkan emisi gas rumah kaca

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018