Jakarta (ANTARA News) - Nasabah asuransi jiwa pada semester I tahun 2007 tumbuh 94 persen, dengan 30 persen diantaranya terjadi pada produk unitlink, karena terjadinya peralihan dana dari perbankan ke asuransi. "Tren masyarakat masih senang dengan unitlink. Tapi saya juga melihat banyak terjadi pengalihan dana-dana di deposito ke asuransi karena tren bunga bank turun, dan penjaminan sudah tinggal Rp100 juta sehingga nasabah banyak mencari alternatif invetasi lain yaitu di asuransi," kata Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Evelina Fadil Pietruschka, di Jakarta, Selasa. Dalam konferensi pers menjelang pelaksanaan seminar internasional MDRT (Million Dolar Round Table), Evelina mengatakan, saat ini jumlah nasabah yang terdata pada AAJI mencapai 6 juta jiwa untuk individu dan 25 juta jiwa untuk asuransi kelompok dengan total aset mencapai sekitar Rp80 triliun. "Kalau melihat pertumbuhan seperti ini, apalagi penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa, saya tidak ragu akhir tahun kita bisa menembus cukup tinggi, bahkan Rp100 triliun bisa ditembus dalam waktu dekat," katanya. Oleh karena itu, ujarnya, industri ini membutuhkan jumlah agen yang banyak agar bisa tumbuh lebih signifikan, dan menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia. "Dukungan terus menerus dari pemerintah diperlukan agar industri ini bisa besar. Salah satu kunci sukses industri ini adalah reformasi perpajakan yang kita harapkan bisa segera disepakati DPR," jelasnya Terkait dengan reformasi perpajakan, terutama terkait dengan pajak penghasilan (PPh), Evelina menuturkan, pihaknya menginginkan agar pendapatan kena pajak nasabah pemegang polis jangka panjang bisa mendapat pengurangan. "Untuk dapat pengurangan itu, nasabah harus punya nomor pokok wajib pajak (NPWP) sehingga ini akan mendorong orang untuk memiliki NPWP dan itu akan membantu pemerintah menambah basis pajak," katanya. Ditanya tentang pembiayaan sektor asuransi untuk sektor riil, Evelina menjelaskan perusahaan asuransi menerapkan prinsip investasi berbasis resiko, sehingga pihaknya mencari bentuk investasi jangka panjang dengan resiko yang terukur, seperti melalui obligasi dan reksadana. Evelina mengemukakan, pelaksanaan seminar internasional MDRT yang rencananya akan digelar pada 14 Agustus 2007 bagi kalangan terbuka tersebut dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menjadi agen asuransi dan membuat agen yang ada termotivasi mencapai prestasi tertinggi. Pada penyelenggaraan kali kelima itu, Ketua MDRT wilayah Asia Tenggara, Jeannette Sulindro, mengatakan bahwa seminar akan diisi oleh pembicara-pembicara para agen penjual dengan kualitas internasional. Dari sekitar 165.000 agen asuransi yang ada di Indonesia, jelasnya, baru sebagian kecil agen yang masuk dalam kategori MDRT, mengingat biaya keanggotaan yang mahal dan pekerjaan agen asuransi bukan merupakan pekerjaan utama. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007