Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi lonjakan titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan hingga mencapai 17 titik awal pekan ini.

Berdasarkan data BMKG yang diperoleh Antara di Pekanbaru, Senin pagi, 17 titik panas yang terdeteksi melalui pencitraan satelit Terra dan Aqua tersebut menyebar di enam kabupaten yang sebagian besar berlokasi di pesisir Riau.

"Titik panas dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen menyebar di Kampar, Dumai, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak dan Meranti," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sukisno di Pekanbaru.

Ia merinci, titik panas terbanyak terpantau di Kabupaten Rokan Hilir dengan enam titik, Rokan Hulu lima titik, Kampar dan Dumai masing-masing dua titik serta Siak dan Meranti masing-masing satu titik panas.

Dari 17 titik panas tersebut, Kisno mengatakan 12 titik diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat Karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.

Titik api tersebut terpantau di Rokan Hilir lima titik, Rokan Hulu tiga titik, Dumai dua titik, serta Siak dan Kampar masing-masing satu titik.

Belum ada keterangan dari Satgas Karhutla Riau terkait lonjakan titik-titik panas dan titik api di wilayah bumi lancang kuning tersebut.

Sementara itu, selain lonjakan titik panas yang terdeteksi di Riau hari ini, BMKG menyatakan turut mendeteksi lonjakan titik panas di Pulau Sumatera yang mencapai 76 titik.

Selain Riau sebagai penyumbang titik panas terbanyak mencapai 17 titik, juga terpantai 12 titik panas di Sumatera Selatan, 11 titik di Aceh, delapan titik di Sumatera Barat, Sembilan titik di Sumut dan Jambit serta lima titik di Lampung, empat di Babel dan satu di Bengkulu.

Kondisi tersebut tentunya bukan merupakan kabar baik mengingat perhelatan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang hanya tinggal hitungan hari.

Pemerintah harus lebih serius dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan Karhutla.

Pemerintah Provinsi Riau sendiri sebelumnya telah mengambil langkah cepat dengan memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan hingga 30 November 2018.

Perpanjangan status tersebut selain mengantisipasi Karhutla, juga sebagai bagian dari upaya untuk mensukseskan pagelaran olahraga akbar se Asia, Asian Games 2018.

Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah menetapkan status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 dan berakhir pada 31 Mei 2018. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebelumnya sebagian besar wilayah Riau mulai dilandar kebakaran hebat.

Tercatat, seluas 1.870,96 hektare lahan di Provinsi Riau hangus terbakar sepanjang lima bulan pertama 2018 ini, dengan lima kabupaten diantaranya mengalami kebakaran dengan luas diatas 100 hektare.

Sementara itu, Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Harris Gunawan baru-baru ini menyatakan kondisi lahan gambut di Provinsi Riau kini sangat rawan terjadi kebakaran lahan dan hutan karena sebaran air di lahan gambut sangat rendah, yakni di bawah tingkat aman 40 centimeter.

"Sebaran air di lahan gambut Riau sudah mengkhawatirkan. Berdasarkan alat pemantau BRG di Pekanbaru dan daerah pesisir, rata-rata ketinggian air sudah di bawah 40 centimeter," kata Haris Gunawan.

BRG memasang tujuh alat pemantau ketinggian muka air yang bekerja memantau kondisi terkini (real time). Status semua alat yang terpasang kini dalam warna merah karena rendahnya sebaran air di lahan gambut.

Baca juga: BMKG: 12 titik panas terdeteksi di Riau

Baca juga: BMKG deteksi lima titik panas di Riau

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018