Pembangunan itu pasti sudah dipikirkan dampak-dampaknya. Namun yang terpenting kan untuk kemaslahatan."
Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo mendukung rencana pembangunan waduk Lompatan Harimau di Provinsi Riau yang mengancam tenggelamnya empat desa.

"Pembangunan itu pasti sudah dipikirkan dampak-dampaknya. Namun yang terpenting kan untuk kemaslahatan," kata Eko kepada Antara usai kegiatan pembukaan Rembug Desa Regional Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kota Pekanbaru, Rabu.

Secara umum, Eko mengatakan belum mendapat informasi rencana pembangunan waduk Lompatan Harimau di Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau terebut.

Namun dia memastikan bahwa pembangunan waduk seluas 4.000 hektare yang rencananya akan dimulai pada 2019 mendatang itu telah memiliki dasar dan tujuan yang kuat.

Lebih jauh, dia mengatakan setiap pembangunan waduk pasti akan berdampak pada desa-desa terdekat. Dan dia menilai hal itu merupakan sesuatu yang normal. Namun, dia mengatakan tujuannya pasti jelas untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar serta menghindari terjadinya kekeringan.

"Pembangunan waduk dimanapun juga akan menenggelamkan beberapa desa juga. Tapi tujuannya adalah untuk membantu ekonomi di sekitarnya," tuturnya.

Pembangunan Waduk Lompatan Harimau seluas 4.000 hektare akan menenggelamkan empat desa di Kecamatan Rokan IV Koto. Keempat desa itu adalah Desa Cipang Kiri Hulu, Desa Cipang Kiri Hilir, Desa Tibawan, dan Desa Cipang Kanan.

Pembangunan waduk yang direncanakan akan dimulai pada 2019 ini merupakan rencana strategis nasional untuk suplai energi sebesar 30 megawatt untuk jaringan di Sumatera.

Namun, berbagai penolakan terjadi akibat rencana pembangunan tersebut. Medio pekan ini, ratusan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa memprotes pembangunan waduk itu.

Bahkan, sejumlah aktivis juga menilai pembangunan waduk tersebut berpotensi menenggelamkan salah potensi cagar budaya peninggalan rumah Presiden RI Syafrudin Prawira Negara yang pernah menggantikan Soekarno dan menetap di sana untuk beberapa tahun.

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018