Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengajak gubernur se-Indonesia bersinergi dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme, termasuk membina para mantan narapidana terorisme dan keluarganya di berbagai daerah.

"Peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam tindak lanjut program pembinaan dan pengawasan di wilayah masing-masing," kata Suhardi dalam rapat kerja gubernur yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, Rabu.

Suhardi mengatakan, para eks narapidana terorisme (Napiter) telah memiliki ideologi yang keras dan kini hidup di tengah masyarakat. Menurut dia, menjadi tugas pemerintah untuk merangkul dan membina mereka, termasuk meluruskan pemahamannya yang salah.

"Saya tegaskan, menjadi tugas kita bersama termasuk kepala daerah, para gubernur, untuk membina mereka. Kalau dimarjinalkan, mereka akan kembali pada ideologi semula," ujar Suhardi.

Selain eks-napiter, lanjut Suhardi, ada juga "returnees" atau kombatan ISIS yang kembali dari Irak dan Suriah yang juga memerlukan perhatian. Dikatakannya, informasi dari daerah sangat diperlukan untuk melihat kebutuhan para "returnees" tersebut.

Ia mengatakan pembinaan dari pemerintah daerah dan penerimaan masyarakat terhadap para mantan narapidana terorisme, termasuk juga para "returnees", sangat penting agar mereka tidak lagi jatuh dalam aksi dan tindakan serupa.

Walaupun persentasenya masih sangat kecil, menurut Suhardi, potensi mereka yang sudah terpapar paham radikal untuk kembali dalam jaringan dan aksi kekerasan tidak boleh diremehkan.

"Di Indonesia telah terjadi beberapa kejadian aksi yang dilakukan oleh eks-napiter," ucap mantan Kabareskrim Polri ini

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh gubernur dan kepala Kesbangpol seluruh Indonesia itu, Suhardi memberikan gambaran tentang potensi ancaman penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang banyak menyasar kalangan anak-anak dan generasi muda.

Dikatakannya, pola indoktrinasi dan rekrutmen kelompok terorisme telah mengalami perubahan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Banyak contoh generasi muda yang mengalami proses radikalisasi akibat penetrasi propaganda dan ideologi radikal di dunia maya.

Dalam mengantisipasi hal tersebut, BNPT telah melakukan berbagai program kontraradikalisasi, antara lain dengan membentuk dan melatih anak-anak muda sebagai duta damai dunia maya di beberapa provinsi untuk menyebarkan konten positif dan konten damai.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018