Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) melistriki sebanyak 11 desa di Pulau Morotai dan Pulau Halmahera, Maluku Utara.

"Di penghujung 2017 ini, PLN memberikan kado untuk Pulau Halmahera dan Pulau Morotai, dengan diresmikannya listrik desa bagi 11 desa," kata General Manager PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara Djoko Dwijatno dalam rilis di Jakarta, Senin.

Ke-11 desa tersebut terdiri atas enam desa di Kabupaten Halmahera Timur yakni Bebsili, Yawanli, Wayamli, Marasipno, Gaifoli, dan Halitetor dan lima desa di Kabupaten Pulau Morotai yakni Lou Madoro, Leo Leo, Saminyamau, Aruburung, dan Posi-Posi.

"Dengan demikian, PLN kini resmi melistriki 1.894 pelanggan baru di Halmahera dan Morotai," kata Djoko.

Menurut dia, sistem pengoperasian kelistrikan di Pulau Halmahera dan Pulau Morotai di antaranya menggunakan pola kerja sama operasi antara PLN dan pemda.

Bantuan pemda berupa penyediaan mesin pembangkit sebagai bentuk sinergitas pelayanan kelistrikan bagi masyarakat di Halmahera dan Morotai.

Djoko mengatakan untuk melistriki Pulau Rao di Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara, PLN menyediakan tiga mesin PLTD masing-masing berkapasitas 200 kW dan membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 24 kms, jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 8,3 kms, dan delapan trafo. Pemda Kabupaten Pulau Morotai membantu penyediaan lahan PLTD tersebut.

Di samping itu, lanjutnya, enam unit pelayanan dari PLN Area Sofifi juga secara resmi menjalankan sistem operasi kelistrikan 24 jam dari sebelumnya 12 jam.

Keenam unit tersebut adalah Unit Pelayanan Ibu yang melayani kelistrikan di Kecamatan Ibu, Kecamatan Ibu Selatan, dan Kecamatan Tabaru.

Unit Pelayanan Kedi yang melayani kelistrikan di Kecamatan Loloda. Lalu, Unit Pelayanan Buli untuk Kecamatan Maba dan Kecamatan Maba Tengah dan Unit Pelayanan Subaim untuk Kecamatan Wasile, Kecamatan Wasile Timur, dan Kecamatan Wasile Selatan.

Selanjutnya, Unit Pelayanan Bere-Bere yang melayani kelistrikan di Kecamatan Morotai Utara dan sebagian desa di Kecamatan Morotai Jaya, serta Unit Pelayanan Sopi yang melayani kelistrikan sebagian desa di Kecamatan Morotai Jaya.

"Dengan beroperasinya listrik desa di beberapa wilayah tersebut semoga bisa meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat," katanya.

Selain itu, PLN juga akan meningkatkan pelayanan dengan meresmikan Unit Pelayanan Daruba menjadi unit rayon, sehingga bisa lebih maksimal dalam melayani masyarakat di Pulau Morotai dan sekitarnya.

"Dengan diresmikannya pengoperasian listrik dari 12 jam ke 24 jam oleh PLN, ini merupakan hadiah Natal. Pemerintah peduli dengan masyarakat di pelosok yang terisolisasi seperti kami," kata Norce Tobelo, salah satu warga Kedi, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat.

Djoko menambahkan ditargetkan listrik pada enam desa di Pulau Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara dapat segera beroperasi pada akhir 2017 dan ditargetkan pada 2018 PLN kembali akan melistriki 48 desa di Halmahera dan Morotai.

Sedangkan untuk perubahan pola operasi dari 12 menjadi 24 jam, PLN menargetkan Unit Pelayanan Patani beroperasi 24 jam pada akhir Desember 2017 dan Unit Pelayanan Lolobata, Unit Pelayanan Bicoli, dan Unit Pelayanan Maffa pada akhir Januari 2018.

"Itu artinya, ke depan seluruh sistem kelistrikan yang ada di Pulau Halmahera dan Pulau Morotai sudah beroperasi 24 jam," ujarnya.

Djoko menambahkan pelanggan di Halmahera dan Morotai yang menggunakan listrik prabayar/listrik pintar kini berjumlah 71.576 pelanggan.

Dengan demikian, saat ini 67,05 persen dari seluruh pelanggan di Halmahera dan Morotai telah menggunakan listrik prabayar/ dan ditargetkan segera mungkin seluruh pelanggan di daerah lain juga menggunakannya.

Penggunaan listrik prabayar memiliki manfaat bagi pelanggan yakni membantu untuk mengendalikan pemakaian listrik dan tidak terkena biaya keterlambatan serta terhindar dari sanksi pemutusan akibat terlambat membayar listrik.

"Kami harap ini juga dapat segera direalisasikan di unit-unit lain se-Maluku dan Maluku Utara", tambahnya.

Hani, warga Desa Bere-Bere, Morotai, Maluku Utara, mengatakan setelah migrasi ke meter prabayar, dirinya bisa mengatur sendiri penggunaan listriknya, sehingga tagihannya lebih murah.

"Sebelumnya saat menggunakan meter pascabayar, tagihan listrik saya bisa mencapai Rp50 ribu per bulan. Namun, setelah menggunakan meter pulsa ini, saya hanya perlu membeli pulsa Rp20 ribu untuk satu bulan, kadang juga Rp50 ribu bisa bertahan hingga dua bulan," katanya. 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017