Jakarta (ANTARA News) - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin berbicara mengenai Pancasila kepada hadirin di Oxford Centre for Islamic Studies, Universitas Oxford, Inggris.

Sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, Din menyampaikan materi bertajuk "The Middle Path: Islam and Pancasila for the World Civilization" (Jalan Tengah: Islam dan Pancasila untuk Peradaban Dunia) kepada hadirin yang terdiri dari para guru besar dan akademisi.

Di forum pada Senin (18/12) waktu setempat itu, Din menjelaskan walaupun berbeda kategori, yaitu Islam sebagai agama berdasarkan wahyu Tuhan dan Pancasila sebagai ideologi buatan manusia, tapi keduanya menekankan prinsip Jalan Tengah.

"Hal itu terjadi adalah karena Pancasila itu sendiri merupakan kristalisasi nilai-nilai Islam dalam lingkup kehidupan bernegara," kata dia.

Menurut Din yang juga Guru Besar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Jakarta itu Islam sebagai agama wahyu terakhir dan membawa prinsip kesempurnaan wahyu keseimbangan dan kemaslahatan kemanusiaan.

Prinsip Jalan Tengah Islam, kata dia, membuat Muslim sebagai Umat Tengahan yang menekankan prinsip keseimbangan, moderasi, toleransi dan antiekstrimitas.

Ide Jalan Tengah, lanjut dia, juga terdapat dalam Pancasila. Posisi tengahan itu antara lain dijelaskan oleh adanya nilai keseimbangan antara orientasi ketuhanan dan kemanusiaan.

Dia mengatakan Jalan Tengah juga menawarkan keseimbangan pada orientasi kemanusiaan itu sendiri yaitu antara individualisme dan kolektivisme yang bermuara pada pentingnya keadilan bagi semua.

Jalan Tengah Pancasila, lanjut Din, menjelma pada paradigma politik yang menekankan permusyawaratan untuk adanya kesepakatan dan paradigma ekonomi yang tidak kapitalistik dan tidak sosialistik.

Pancasila mengglobal

Din mengatakan Wawasan Jalan Tengah dalam Pancasila sangat cocok untuk peradaban dunia yang rusak dewasa ini lantaran terjebak ke dalam ekstrimisme.

Sistem dunia selama ini, kata dia, sangat berwajah antroposentristik, yaitu menjadikan manusia sebagai pusat kesadaran dan kurang berwajah teosentristik yaitu menjadikan Tuhan sebagai pusat kesadaran.

Akibatnya, lanjut dia, peradaban manusia sepi dari nilai-nilai etika dan moral, yang pada giliran berikutnya menciptakan berbagai bentuk ketiadaan damai, seperti kemiskinan, kebodohan, ketakadilan, kerusakan lingkungan hidup dan berbagai bentuk kekerasan.

Maka, kata Din, Wawasan Jalan Tengah dapat menjadi solusi untuk masyarakat global. Perlu ada perubahan sistem dunia dan turunannya menuju ke arah yang berorientasi Jalan Tengah, yaitu menekankan keseimbangan, keadilan dan kemaslahatan kemanusiaan.

Dalam kaitan itu, Din menawarkan Prinsip Jalan Tengah dari Islam dan Pancasila sebagai ideologi baru dunia untuk adanya tatanan dunia baru yang berkemajuan, berkeadilan dan berkeadaban.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017