Timika (ANTARA News) - Operasional perusahaan tambang PT Freeport Indonesia di Tembagapura masih berjalan normal meskipun ada gangguan dari kelompok kriminal bersenjaya (KKB) di wilayah itu, kata Kepala Kepolisian Resor Mimika, Papua AKBP Victor Dean Mackbon.

"Kalau operasi pertambangan PT Freeport tidak ada masalah, masih kondusif. Cuma yang terjadi permasalahan atau dampak dari keberadaan KKB yaitu di beberapa kampung sekitar Tembagapura terutama Banti dan Kimbeli. Masyarakat di sana masih terisolasi karena di antara kampung-kampung itu dengan Tembagapura dikuasai oleh KKB," kata Victor.

Victor mengatakan, sekitar seribu warga sipil di kampung-kampung itu masih beraktivitas seperti biasa, namun ruang gerak mereka untuk bepergian dengan bebas di Tembagapura dibatasi oleh KKB.

Sejak beberapa hari lalu, aparat menyediakan barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat sekitar Tembagapura yang mengaku kekurangan bahkan kehabisan stok bahan makanan.

Warga dapat mengambil bahan kebutuhan pokok itu dengan berjalan kaki ke dekat Kantor Polsek Tembagapura.

Selain itu, di lokasi tersebut juga disiagakan para petugas kesehatan dari Rumah Sakit Tembagapura untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Pada Minggu (12/11), seorang ibu dalam kondisi hamil tua berjalan kaki dua kilometer dari Kampung Banti ke Polsek Tembagapura untuk meminta bantuan tenaga medis guna proses persalinan.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Polisi AM Kamal mengatakan beberapa hari lalu diketahui satu alat berat ekskavator menggali diduga untuk merusak ruas jalan yang menghubungkan Tembagapura dengan Kimbeli dan Banti.

Setelah ditelusuri, peralatan berat tersebut milik salah satu perusahaan subkontraktor PT Freeport yang selama ini membantu perusahaan dalam pembangunan di wilayah Tiga Desa sekitar Tembagapura yaitu Waa-Banti, Aroanop dan Tsinga.

"Ada perusahaan subkontraktor yang bekerja di wilayah Tiga Desa di Banti, alat berat mereka itu yang digunakan oleh salah seorang stafnya untuk menggali dan merusak akses jalan ke Banti," jelas Kamal.

Polisi belum bisa memastikan apakah staf perusahaan subkontraktor Freeport tersebut tergabung dalam KKB.

"Kita tidak bisa menyimpulkan seperti itu, bisa saja dia melakukan itu karena dalam tekanan," jelas Kamal.

Dari pantauan aparat kepolisian, ruas jalan yang dirusak cukup panjang.

"Ada beberapa titik yang dirusak, dibuat parit. Ada yang ditimbun dengan batu besar. Mungkin itu untuk menghalangi kehadiran rekan-rekan anggota yang hendak menuju beberapa titik di sana," kata Kamal.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017