Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengakui bahwa capital inflow (arus modal) yang masuk ke Indonesia dalam jumlah cukup besar akhir-akhir ini akan cepat keluar lagi, jika tidak dimanfaatkan untuk pengembangan sektor riil. "Kalau tidak dimanfaatkan untuk sektor riil ditambah lagi dengan sifat sementara atau jangka pendek, maka capital inflow itu akan cepat keluar masuk," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu, usai coffee morning Menkeu dengan wartawan, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, pemerintah mengupayakan maraknya capital inflow itu agar dimanfaatkan untuk pengembangan usaha di tanah air, dengan mendorong adanya penawaran saham perdana (IPO) berbagai perusahaan di pasar modal. "Kalau dana masuk itu digunakan untuk pengembangan usaha atau perusahaan seperti melalui IPO tidak ada masalah," katanya. Untuk mendorong makin banyaknya perusahaan melakukan IPO, lanjut Anggito, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) harus berupaya membenahi sektor keuangan, termasuk pasar modal. "Pemerintah mendorong BUMN melakukan IPO. Pemerintah juga menerbitkan surat utang untuk menyerap aliran modal masuk. Dana-dana itu akan masuk ke APBN dan akhirnya menjadi belanja modal pemerintah. Kita punya berbagai instrumen untuk menyerap membanjirnya capital inflow," katanya. Ia mengatakan adanya berbagai instrumen itu diharapkan dapat mengubah pola capital inflow jangka pendek menjadi jangka panjang. Menurut dia, penyerapan dana dari capital inflow ke sektor riil juga diperlukan untuk menghindari adanya penurunan cadangan devisa yang terjadi secara tiba-tiba. Terhadap capital inflow itu, menurut Anggito, pemerintah dan BI juga selalu melakukan monitoring capital inflow maupun capital outflow, sehingga jika terjadi perubahan dapat diambil tindakan cepat dan tepat. BKF pernah melaporkan bahwa modal asing yang masuk ke Indonesia (capital inflow) hingga awal April 2007 mencapai lebih dari Rp10 triliun. "Jadi ada lebih dari Rp10 triliun modal asing yang masuk ke Indonesia. Itu fresh money," kata Anggito Abimanyu. Ia menyebutkan modal asing itu masuk antara lain melalui dua jalur, yaitu pasar modal dan pasar surat berharga negara atau surat utang negara (SUN). Arus modal asing yang masuk melalui SUN mencapai sekitar Rp7,6 triliun sementara melalui pasar modal sebesar Rp3,3 triliun. (*)

Copyright © ANTARA 2007