Kompetisi tidak bisa kita tolak. Komitmen kita keterbukaan dan kompetisi,"
Shanghai (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo di hadapan warga negara Indonesia yang tinggal, belajar dan bekerja di Tiongkok bahwa pemerintah saat ini fokus pada keterbukaan dan kompetisi.

"Kompetisi tidak bisa kita tolak. Komitmen kita keterbukaan dan kompetisi," kata Presiden saat bertemu dengan 800 masyarakat Indonesia dari berbagai kota wilayah Tiongkok di Shanghai, Sabtu.

Dalam era kompetisi saat ini, Presiden mengatakan bahwa masyarakat Indonesia harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dan berkompetisi.

Jokowi juga mengatakan karakter masyarakat Indonesia akan malas jika disubsidi, namun akan hidup jika dihadapkan dalam persaingan.

Presiden mencontohkan Bank BNI dan BRI di tahun 70-an yang hanya memiliki kantor pelayanan kecil karena tidak ada persaingan.

Setelah masuknya bank swasta dan asing, kata Jokowi, kedua bank BUMN ini berbenah dan justru hidup dan memiliki keuntungan yang besar dan memiliki layanan yang bagus.

Presiden juga mencontohkan Pertamina, Garuda serta perusahaan lainnya yang justru tumbuh pesat ketika ada persaingan. "Saya hafal karakter orang Indonesia," katanya.

Untuk itu, Presiden berharap para WNI tengah menimba ilmu maupun bekerja di luar negeri, jika ingin kembali dan bekerja di Indonesia harus mempersiapkan keahlian dan keterampilan dalam berbagai bidang.

"Kalau yang di sini, misalnya sudah bekerja di Alibaba. Pulang ke Indonesia buatlah Alibaba Indonesia," kata Presiden.

Jokowi juga berharap warga Indonesia yang tinggal di Tiongkok untuk mempelajari bagaimana negara Tirai Bambu ini dapat berkembang dengan sangat cepat.

"Kenapa mereka bisa mengerjakan rel kereta api setahun sejauh 2.000 kilometer, Indonesia baru saja akan membangun kereta cepat Jakarta-Bandung sejauh 140 kilometer saja ramainya bukan main (protes)," kata Jokowi.

Presiden mengungkapkan pada saat kunjungan pertamanya (2014) masih memiliki 18.000 kilometer rel kereta api, tetapi saat ini sudah 21.000 kilometer.

"Bagaimana kita mengejarnya," kata Presiden.

Untuk itu, kata Jokowi, WNI yang tinggal di luar negeri dan memiliki keahlian khusus dapat kembali untuk membangun Indonesia.

Presiden juga WNI di Tiongkok dapat menjadi tenaga pemasarankan untuk meningkatkan pariwisata dalam negeri.

"Warga Indonesia di Tiongkok mengampanyekan Indonesia patut dikunjungi," kata Jokowi.

Menurut Presiden, Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai pesona alam sehingga layak dijadikan destinasi wisata bagi para wisatawan.

Namun, lanjutnya, jumlah wisatawannya kalah dengan Malaysia yang dikunjungi oleh 24 juta wisatawan mancanegara (wisman) dalam satu tahun, Thailand didatangi oleh 28 juta wisman, sedangkan Indonesia masih 9,8 juta wisman.

"Padahal tempat yang indah-indah di kita itu banyak sekali. Apa yang keliru, apa yang salah? Tahun 2019 harus sudah di atas 20 juta (wisman)," katanya.

Presiden juga mengungkapkan dirinya dan Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menandatangani kerjasama tentang pariwisata.

Kedua negara berupaya untuk mendatangkan sepuluh juta wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia dan upaya tersebut kini telah mulai mendatangkan hasil.

"Manado mulai bulan lalu terjadi peningkakan turisnya hingga 1.000 persen karena ada direct flight dari empat provinsi di sini (Tiongkok). Sekarang di Manado banyak bangun restoran, hotel. Banyak sekali," katanya.

Dalam pertemuan dengan WNI yang tinggal di Tiongkok ini, Presiden yang didampingi Ibu Iriana Jokowi serta beberapa menteri, diantaranya Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menkominfo Rudiantara, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala BIN Sutiyoso, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf dan Dubes Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok Sugeng Rahardjo.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016