Jakarta (ANTARA News) - Adanya TAP MPR tentang pencabutan P4 dan dihilangkannya PMP dari kurikulum nasional sangat disayangkan Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI Ahmad Basarah.

Karena, menurut dia, baik P4 maupun PMP berisi referensi sila-sila Pancasila. "....kejatuhan Soeharto juga berbuntut pada mengkambinghitamkan Pancasila. Buktinya setelah Soeharto lengser, Tap MPR tentang P4 juga dicabut. Selain itu juga dihilangkannya pelajaran PMP dari kurikulum nasional. Padahal P4, itu sangat baik, karena berisi referensi sila-sila Pancasila," ujar Basarah di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu.

"Akibatnya, kalau kita mau memahami sila-sila Pancasila, maka tak ada lagi dokumen yang bisa dibaca, karena tafsirnya disilakan pada pasar bebas", tambah dia.

Hal inilah yang membuat sekalipun Pancasila masih tetap menjadi ideologi, namun tanpa ruh. "Akibatnya, Pancasila masih tetap menjadi ideologi. Namun ideologi Pancasila adalah ideologi tanpa ruh," kata dia.

Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa sejak merdeka 17 Agustus 1945 lalu, Indonesia masih belum sepenuhnya bebas dari penjajahan. Hal ini terbukti dari sebagian masyarakat yang masih memakai produk buatan luar negeri.

"Terbukti dari bangun tidur hingga tidur kembali, masyarakat Indonesia banyak memakai produk dari luar negeri. Mulai dari sabun, pasta gigi, mobil hingga handphone semuanya adalah produk luar negeri," kata Basarah.

Dia menilai praktik penjajahan di bidang ekonomi yang menimpa Indonesia, terjadi bersamaan waktunya dengan ambruknya pemerintahan Presiden Soeharto. Ini untuk melanggengkan penjajahan, khususnya di bidang ekonomi.

Karena itu, Basarah mengatakan, musuh bangsa Indonesia adalah kapitalisme, yaitu sebuah aliran yang menurut Presiden Soekarno selalu berusaha mencari keuntungan dengan segala cara, termasuk dengan cara-cara liberalisme dan kolonialisme.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016