Dalam seminggu, kami bisa mengekspor enam ton pucuk Nipah ke Thailand.
Tembilahan, Riau (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, mendorong pengembangan komoditas pucuk nipah yang sudah bisa menembus pasar ekspor ke Thailand meski baru berbentuk industri rumah tangga.

"Di daerah lain orang menganggap pucuk Nipah sebagai limbah, namun masyarakat di sini sudah melihatnya sebagai komoditas layak jual hingga ekspor ke Thailand," kata Bupati Indragiri Hilir (Inhil), HM Wardan, saat mengunjungi sentra industri pucuk nipah di Desa Concong Dalam, Kecamatan Concong, Kabupaten Inhil, Selasa.

Tanaman Nipah adalah sejenis palem yang banyak tumbuh alami di hutan bakau Inhil yang memiliki luas sekitar 100.000 hektare di kawasan pesisir.

Masyarakat Concong memetik bagian daun yang muda (pucuk) kemudian dikeringkan dan memiliki harga jual cukup tinggi di Thailand sebagai bahan baku rokok.

Menurut Wardan, pengembangan potensi nipah sangat erat dengan visi pemerintah daerah yang ingin terus melestarikan hutan bakau.

"Saya menilai pucuk nipah sudah menjadi komoditas andalan masyarakat setempat dan lapangan kerja yang dihasilkan tidak sedikit," katanya.

Ia mengatakan potensi ekonomi kerakyatan berbasis pengelolaan sumber daya alam ini bisa terus berkembang dan harapannya makin banyak produk yang bisa dihasilkan seperti menjadi gula dan bahan bakar bioethanol. Pengelolaan dapat ditingkatkan dengan membentuk koperasi

Sementara itu, pengepul pucuk Nipah Asseri mengatakan, komoditas tersebut sudah diekspor sejak enam tahun lalu, namun belum banyak orang yang mengetahui. Pengolahannya juga sangat sederhana yakni pucuk Nipah yang berbentuk memanjang dijemur selama sehari dan kemudian dipotong-potong menggunakan pisau.

"Dalam seminggu, kami bisa mengekspor enam ton pucuk Nipah ke Thailand," ujarnya.

Harga jual pucuk Nipah dibeli dari petani setempat senilai Rp7.000 per kilogram, dan harga jual di Thailand bisa dua kali lipatnya.

"Pucuk Nipah ini juga sudah digunakan warga sebagai sabun cuci piring alami dan pupuk," katanya.

(F012)

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014