Kupang (ANTARA) -
Penjabat Wali Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, George Melkianus Hadjoh menyebutkan angka prevalensi stunting di daerah itu pada 2022 sebesar 21,5 persen atau turun 13,9 persen dibandingkan dengan 2018 yang mencapai 35,4 persen.

"Penurunan prevalensi kasus kekerdilan pada anak ini karena ada banyak program intervensi yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya penanggulangan stunting," kata George Melkianus Hadjoh di Kupang, Senin.

Baca juga: Pemerintah Kota Kupang sediakan Rp18,2 miliar untuk tangani stunting

George mengatakan hal itu terkait adanya gerakan bapak asuh dalam mengatasi kasus kekerdilan anak di daerah itu.

Ia menjelaskan Pemerintah Kota Kupang sedang melakukan pemetaan terhadap sebaran kasus stunting di 1.315 RT di 51 kelurahan di Kota Kupang.

"Setelah dilakukan pemetaan akan lebih mudah untuk melakukan penanganan oleh pihak-pihak terkait seperti pemerintah daerah, TNI/Polri, BUMN, dan perusahaan swasta yang memiliki kepedulian terhadap penanganan kasus kekerdilan anak di Kota Kupang," katanya.

Baca juga: Pemkot Kupang bentuk 341 tim pendamping keluarga tangani stunting

Menurut dia, pihak-pihak terkait yang peduli terhadap penanganan stunting akan menjadi bapak asuh bagi anak-anak yang mengalami kekerdilan di setiap RT di setiap kelurahan sehingga pendampingan akan berlangsung secara berkelanjutan.

"Kami optimistis dengan pola bapak asuh yang melibatkan semua stakeholder, angka stunting di Kota Kupang bisa turun dari 6.000 kasus kekerdilan anak," kata George Melkianus.

George berharap seluruh perangkat daerah terkait untuk menginventarisir kebutuhan terkait penanganan stunting di ibu kota Provinsi NTT ini.

Baca juga: Pemkot: 13 kelurahan di Kupang bebas kasus stunting

"Pemerintah Kota Kupang juga bekerja sama dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran dan gizi untuk menjadi relawan yang membantu mengedukasi masyarakat tentang pola hidup sehat sehingga target penurunan jumlah anak kekerdilan di Kota Kupang hingga satu digit pada 2024 bisa tercapai, " kata George Melkianus Hadjo.
 

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023