Surabaya (ANTARA News) - Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Jawa Timur yang tergabung dalam Paguyuban Rektor PTN Jatim mengusulkan mata pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) diajarkan lagi di sekolah dengan metode non-doktrinisasi.

"Rektor dari sembilan PTN se-Jatim sepakat mengawal empat pilar bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI melalui usulan konkret," kata Wakil Rektor I Unair Prof Dr Achmad Syahrani MS kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.

Disela peluncuran Web Blog Guru Indonesia menyambut Harkitnas, ia menjelaskan usulan konkret yang dibahas rektor se-Jatim dalam pertemuan rutin di kampus Unair pada Kamis (19/5) antara lain pengajaran P4 non-doktrinisasi sebagai implementasi Empat Pilar Kebangsaan.

"Kami juga mengusulkan Upacara Bendera pada setiap hari Senin dijadikan tradisi lagi, termasuk menyanyikan lagu kebangsaan harus menjadi pembiasaan di dunia pendidikan," katanya.

Menurut dia, usulan itu akan dimatangkan para rektor PTN se-Jatim untuk diimplementasikan dan juga disampaikan ke Majelis Rektor PTN se-Indonesia serta diteruskan ke Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdiknas.

"Materi P4 nantinya alam mengedepankan keteladanan, kemajemukan, dan nilai-nilai puncak yang digali bangsa ini, apalagi kita mempunyai Laboratorium Pancasila di Universitas Negeri Malang," katanya.

Selain itu, Unair juga akan menjadi tuan rumah Kongres III Pancasila pada 31 Mei - 1 Juni mendatang yang akan dihadiri Ketua MPR Taufiq Kiemas, Mendagri Gamawan Fauzi, Prof Syafii Ma`arif, Prof Jimly Asshiddiqqy, Gubernur Jatim Soekarwo, Pdt Simon Filatropha, dan pengusaha Alim Markus.

"Yang jelas, upaya pengajaran yang berbasis Empat Pilar Kebangsaan itu penting untuk mengantisipasi maraknya gejala ekstrimisme, radikalisme, liberalisme, dan sejenisnya," katanya.

Secara terpisah, Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono mengatakan para rektor PTN se-Jatim memang sepakat mengawal Empat Pilar Kebangsaan untuk mengantisipasi radikalisme ala NII.

"NII itu organisasi eksklusif, karena itu pembinaan kegiatan kemahasiswaan ke depan tidak boleh eksklusif lagi. Kami sepakat untuk merancang kegiatan kemahasiswaan yang integral, sehingga ada kebersamaan dalam kebhinnekaan," katanya.

Ia menilai eksklusifisme di kalangan mahasiswa itu karena ada sekelompok mahasiswa yang tidak "diopeni" (dilayani), karena itu kegiatan kemahasiswaan ke depan harus terintegrasi dengan melibatkan semua jurusan.

Sementara itu, Kepala Humas Rektorat Unair Dr Mangestuti Agil Apt mengatakan para rektor PTN se-Jatim juga melakukan evaluasi pelaksanaan ujian nasional (UN), karena PTN menjadi Pengawas UN.

"Hasil evaluasi kami masih ada nilai US (ujian sekolah) atau nilai rapor yang didongkrak agar lulus, ada pengawas ruangan yang tidak mengawasi, dan percetakan yang jauh sehingga mempengaruhi UN," katanya.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011