Jakarta (ANTARA/JACX) - Di Facebook, beredar narasi yang menyebut virus SARS-CoV-2 varian Omicron tidak terdeteksi dalam tes COVID-19 PCR.

Unggahan pada 28 November itu mengklaim virus penyebab infeksi sistem pernapasan itu punya lebih banyak energi, taktik, dan kamuflase.

Namun, pemilik akun Facebook itu menyebut terdapat gejala-gelaja seperti kelelahan, sakit sendi, tidak ada demam, tidak ada batuk-batuk, kehilangan nafsu makan, serta pneumonia COVID-19.

Berikut narasi lengkap unggahan berbahasa Inggris yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:
"Tentu saja, angka kematian lebih tinggi, (varian) itu butuh sedikit waktu untuk menjadi ekstrem. Kadang kala tidak ada simtom, mari berhati-hati..

Swab pernapasan seringkali menghasilkan negatif COVID19! Ada banyak lagi tes COVID-19 nasal faringeal palsu.."


Namun, apakah benar varian Omicron COVID-19 tidak terdeteksi pada alat test PCR?
 
Unggahan hoaks yang menyebut varian COVID-19 Omicron tidak dapat dideteksi dengan tes PCR. (Facebook)


Penjelasan:
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama, sebagaimana dalam laporan ANTARA, mengatakan varian baru COVID-19 Omicron (B.1.1.529) masih bisa dideteksi menggunakan alat reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR).

Tjandra mengatakan mutasi spike protein di posisi 69-70 pada Omicron, menyebabkan terjadinya fenomena "S gene target failure (SGTF)” di mana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR, hal ini disebut juga drop out gen S.

Gen S yang tidak terdeteksi pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal kemungkinan yang diperiksa adalah varian Omicron. Tapi temuan itu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan 'Whole Genome Sequencing (WGS)' untuk memastikannya.

"Kalau kemampuan WGS terbatas, maka ditemukannya SGTF dapat menjadi semacam bantuan untuk menyaring mana yang prioritas dilakukan WGS, selain kalau ada kasus berat, atau ada klaster, atau ada kasus yang tidak wajar perburukan kliniknya, dan lainnya," katanya.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu mengatakan jika pada suatu daerah ditemukan peningkatan sampel laboratorium yang menunjukkan SGTF, dapat menjadi suatu indikasi sudah beredarnya varian Omicron di daerah tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tes PCR masih bisa dilanjutkan untuk mendeteksi infeksi varian Omicron, sebagaimana dilakukan untuk varian lain.

"Penelitian sedang dilakukan untuk memperkirakan apakah terdapat dampak pada metode tes lain, termasuk tes deteksi rapid antigen," demikian keterangan WHO pada situs resmi mereka.

Klaim: Virus COVID-19 varian Omicron tidak terdeteksi pada tes PCR
Rating: Hoaks

Cek fakta: Hoaks! Varian Omicron sudah ada sejak Juli 2021

Baca juga: WHO: Sejauh ini belum ada kematian akibat Omicron

Baca juga: Pemerintah minta masyarakat dukung pengetatan cegah varian Omicron

Pewarta: Tim JACX
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2021