Jakarta (ANTARA) - Hasil kajian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti termasuk dari Harvard Kennedy School dan MIT menemukan bahwa program Kartu Prakerja terbukti mampu meningkatkan pelatihan dan kompetensi, ketahanan pangan dan layanan keuangan.

"Berdasarkan data Survei Endline, secara rata-rata, pendaftar yang memenuhi syarat dan menerima Kartu Prakerja memiliki probabilitas 4,7 poin persentase (pp) lebih tinggi untuk memiliki pekerjaan atau memiliki usaha daripada pendaftar yang memenuhi syarat dan tidak menerima program. Hasil ini menunjukkan peningkatan 8 persen dalam kebekerjaan," kata Rema Hanna, Profesor Jeffrey Cheah of South-East Asia Studies, Harvard Kennedy School serta Direktur Ilmiah J-PAL Asia Tenggara, yang juga menjadi penulis kajian penelitian ini, dalam rilis di Jakarta, Rabu.

Kajian tersebut juga menemukan bahwa program Kartu Prakerja bahkan mampu mendorong penerima manfaat untuk tidak mengambil pinjaman guna menutupi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga: Kemenkeu siapkan Rp11 triliun untuk program Kartu Prakerja 2022

Hasil studi tersebut bertajuk “Impact Evaluation of Kartu Prakerja”, oleh Vivi Alatas (Asakreativita), Rema Hanna (Harvard Kennedy School), Achmad Maulana (Prospera), Benjamin Olken (MIT), Elan Satriawan (TNP2K), dan Sudarno Sumarto (TNP2K), dengan dukungan dari Pemerintah Australia, USAID, serta the Bill & Melinda Gates Foundation.

Ekonom TNP2K Elan Satriawan menjelaskan, studi tersebut dilakukan melalui penyebaran Survei Endline J-PAL secara daring dengan responden mencapai 47 ribu responden pendaftar Kartu Prakerja (penerima maupun non penerima) dari Agustus-Oktober 2021.

Selain data Survei Endline, analisis evaluasi dampak juga menggunakan Data Survei Nasional seperti SUSENAS September 2020 dan SAKERNAS Agustus 2020 yang digabungkan dengan data administratif Manajemen Pelaksana, bekerja sama dengan BPS dan TNP2K.

Baca juga: Airlangga: Kartu Prakerja tersalurkan 95 persen, capai Rp11,7 triliun

Hasil kajian menyebutkan pula bahwa, pendaftar yang menerima Kartu Prakerja memiliki probabilitas 2,8 pp atau setara peningkatan 12 persen untuk berusaha sendiri, meningkatkan probabilitas 0,9 pp memiliki usaha atau peningkatan sebesar 30 persen, serta memiliki probabilitas 5,1 pp (18 persen) lebih tinggi untuk memulai pekerjaan baru sejak pengumuman gelombang pertama.

Secara rata-rata, program Kartu Prakerja meningkatkan pendapatan dari semua pekerjaan sekitar Rp122.500 per bulan. Hasil ini menunjukkan peningkatan pendapatan sebesar 10 persen pada penerima Kartu Prakerja.

Dari sisi pelatihan dan kompetensi: Penerima Kartu Prakerja memiliki probabilitas 11,7 pp (172 persen) lebih tinggi untuk menggunakan sertifikat pelatihan saat mencari pekerjaan. Mereka memiliki probabilitas 119,4 persen lebih tinggi untuk mengikuti pelatihan apa pun dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pelatihan Kartu Prakerja dan non-Kartu Prakerja.

Selain itu, penerima Kartu Prakerja juga memiliki probabilitas 4,0 pp (10 persen) lebih tinggi untuk menggunakan internet untuk pekerjaan mereka.

Profesor ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) sekaligus Direktur J-PAL, Benjamin Olken memaparkan bahwa dari aspek ketahanan pangan dan keuangan, penerima Kartu Prakerja memiliki probabilitas 2,9 pp lebih tinggi untuk melaporkan bahwa mereka aman (secure) dari segi pangan, yang menunjukkan peningkatan ketahanan pangan sebesar 6 persen.

Menurutnya, sebanyak 54 persen penerima program melaporkan tidak pernah makan lebih sedikit dari biasanya dalam 3 bulan terakhir karena kesulitan keuangan, dibandingkan dengan 51 persen non-penerima.

"Para penerima Kartu Prakerja juga memiliki probabilitas 2,6 pp (8 persen) lebih rendah untuk mengambil pinjaman dalam 3 bulan terakhir untuk mengatasi kesulitan keuangan dan memiliki probabilitas 1,6 pp (21 persen) lebih tinggi untuk membeli aset dalam beberapa bulan terakhir," ungkapnya.

Sementara itu, dari sudut pandang layanan keuangan, Penerimaan Kartu Prakerja meningkatkan kepemilikan e-wallet sebesar 27.8 poin persentase (53 persen). Sebanyak 80 persen penerima Kartu Prakerja memiliki akun e-wallet, dibandingkan dengan 52 persen non-penerima pada Survei Endline.

Selanjutnya, penerima Kartu Prakerja memiliki probabilitas 10,5 pp (40 persen) lebih tinggi untuk belanja online menggunakan e-wallet dalam sebulan ke belakang, dan Survei Endline juga menunjukkan peningkatan substansial dalam penggunaan e-wallet untuk kebutuhan lainnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021