Jayapura (ANTARA) - Ketika Alex Waisimon memperoleh Kalpataru atas upayanya menyelamatkan lingkungan pada 2017, dia tak mau berhenti pada sebatas penghargaan.

"Saya ingin keberlanjutan," kata Alex kepada ANTARA di hutan adat kelolaannya "Isyo Hills Bird Watching" di Rhepang Muaif, Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.

Alex tak berharap orang berduyun-duyun datang ke tempatnya karena dia hanya menginginkan mereka yang sungguh mencintai alam dan mempedulikan konservasi hutan beserta isinya, khususnya burung cenderawasih yang menjadi maskot PON Papua 2021.

Alex menganggap ber-massal datang malah merusak keaslian alam, apalagi tak dibarengi kepedulian kepada alam.

Dia ingin menunjukkan jika orang mencintai burung, maka nikmatilah di habitat aslinya, bukan dengan mengurungnya dalam sangkar.

Lebih dari itu, dia ingin menyelamatkan para penghuni hutan, dari penangkapan dan perusakan habitat, termasuk penebangan liar yang tetap marak walau sudah begitu banyak undang-undang dan aturan yang diterbitkan.

Lahir 19 September 1968 di Nimbokrang yang jauhnya waktu tiga jam dari kota Jayapura, Alex adalah petualang sejati.

Dia selalu ingin mencari jawaban untuk apa pun yang belum diketahuinya, sekalipun itu mengharuskan dia pergi jauh dari kampungnya.

Dan dia pergi merantau ribuan kilometer ke Jawa, segera setelah lulus SMA.

Dia nekad menyeberang lautan, melintasi selaksa pulau, mencari peruntungan dan menimba ilmu di nusa seberang, sampai berkuliah di Universitas Satwacana, Semarang.

"Saya hanya dua tahun kuliah di sana sekitar 1980-an," kata dia, usai memandu tim ANTARA memburu penampakan cenderawasih, Selasa pagi 7 Oktober lalu.

Alex lalu malang melintang di tanah yang awalnya dianggap tanah orang lain tapi kemudian dianggap tanahnya juga karena sama-sama Indonesia.

Semarang, Jakarta, Surabaya dan terakhir Bali menjadi tempat-tempat yang dia tinggali, sampai berjodoh dengan seorang perempuan jawa asal Malang di Bali yang mengkarunianya dengan empat anak.

Lalu, bekerja untuk ILO dari 2009 sampai 2014 membuat dia bepergian ke luar negeri sehingga semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang dia serap yang akhirnya membentuk dirinya seperti sekarang.

Selanjutnya : awalnya ditentang

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021