Cara ini mampu mempertahankan produksi kopi di kelompok kami. Mereka kami jadikan rekan kerja juga, baik dalam bisnis kedai dan penjualan kopi
Kulon Progo (ANTARA) - Kelompok Margo Mulyo Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap memproduksi kopi arabika dan robusta yang dikenal dengan Kopi Menoreh, meski permintaan mengalami penurunan hingga 35-40 persen akibat pandemi COVID-19.

Anggota Kelompok Margomulyo Marwiyah di Kulon Progo, Minggu, mengatakan sebelum pandemi COVID-19, produksi kopi dalam satu bulan mencapai 110 kilogram, namun setelah pandemi turun menjadi 70-80 kilogram.

"Penurunan cukup tinggi. Namun penurunan setiap bulannya berbeda, tergantung dari permintaan dan penjualan secara daring," kata Marwiyah.

Ia mengatakan kelompoknya memproduksi kopi jenis arabika dan robusta. Varian olahan ada natural, biji kopi, hingga kemasan siap sedu. Harga kopi sesuai kualitas, seperti kualitas sedang Rp70 ribu/kg, arabika Rp100 ribu/kg, dan kualitas tinggi hargannya hingga Rp450 ribu/kg.

Untuk pemasaran kopi, pihak bekerja sama dengan kedai-kedai kopi dan toko oleh-oleh, hingga Toko Milik Rakyat (TomiRa) di wilayah Girimulyo dan Samigaluh.

"Cara ini mampu mempertahankan produksi kopi di kelompok kami. Mereka kami jadikan rekan kerja juga, baik dalam bisnis kedai dan penjualan kopi," katanya.

Baca juga: Permintaan turun, petani kopi Kulon Progo jual kopi secara daring

Marwiyah juga mengatakan pemasaran kopi juga dibantu pemkab melalui Program Bela Beli Kulon Progo, sehingga dijual di tempat-tempat pariwisata dan Bandara Internasional Yogyakarta.

"Kopi produk yang kami buat juga sudah masuk di dua hotel besar di Kota Yogyakarta. Kami saat ini, sedang berusaha meningkatkan pemasaran dan promosi, tentunya ada dukungan dari Pemkab Kulon Progo," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mengatakan kopi merupakan salah satu produk unggulan Kulon Progo yang perlu dikembangkan dan dibantu dalam pengemasan dan pengolahan.

"Kami sedang memberdayakan petani milenial dalam pemasaran secara daring. Kami berharap petani milenial ini mampu mengembangkan pengolahan dan pemasaran," katanya.

Aris mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan juga menggandeng kelompok tani milenial untuk kolaborasi produk perkebunan dengan potensi wisata di kawasan Bukit Menoreh.

"Wisata di kawasan Bukit Menoreh sedang berkembang pesat. Di setiap objek wisata ada kedai kopi hasil panen masyarakat setempat. Sektor pariwisata harus menjadi pasar kopi, selain penjualan secara daring," katanya.

Baca juga: Produksi kopi Kulon Progo tumbuh, seiring maraknya kedai kopi

 

Pewarta: Sutarmi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021