Jakarta (ANTARA) - Puasa semestinya menjadi sarana untuk melatih kesabaran dan kemampuan mengendalikan emosi.

Hal-hal yang menguji kesabaran dan memicu amarah bisa datang kapan saja, termasuk pada saat berpuasa. 

Bersabar dan mengendalikan emosi saat menghadapi kondisi yang menguji kesabaran dan memicu amarah bukan hal yang mudah.

Ustadz Mahbub Maafi Ramdlan, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, menyampaikan kiat-kiat untuk mengendalikan emosi dalam tanya jawab berikut.

Bagaimana cara mengendalikan emosi saat berpuasa?

Puasa disebut sabar karena dengan puasa kita sedang mengendalikan makan-minum dan hal-hal yang membatalkannya yang dimulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Karena itu, bulan puasa Ramadhan disebut juga sebagai bulan kesabaran (syahr ash-shabr).

Demikian sebagaimana dipahami dari pernyataan salah satu ulama garda terdepan dari kalangan tabi’in, Imam Mujahid, sebagai berikut;

وَقَالَ مُجَاهِدٌ : اَلصَّبْرُ : اَلصَّوْمُ ، وَالصَّوْمُ : صَبْرٌ ، لِأَنَّهُ إِمْسَاكٌ عَنِ الطَّعَامِ ، وَسُمِيَ رَمَضَانُ : شَهْرَ الصَّبْرِ

Mujahid mengatakan: "Sabar adalah puasa dan puasa adalah sabar, karena puasa menahan dari makan-minum. Dan bulan Ramadhan dinamai bulan kesabaran.” (Lihat Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, juz, 1, h. 340).

Karena itu, orang yang sedang menjalankan ibadah puasa berusaha sebisa mungkin menahan emosinya. Bahkan ketika ada orang mencela sekalipun, usahakan jangan terbawa emosi. Katakan kepada orang yang mengejek tersebut; "Aku sedang berpuasa".

Orang yang sedang berpuasa juga harus menahan dari dari berlaku tidak terpuji menurut hadits Rasulullah SAW berikut;

وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Jika di antara kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepada orang itu, 'Sesungguhnya saya tengah berpuasa'". (HR. Bukhari-Muslim).

Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi?

Ada bayak cara yang bisa ditempuh untuk mengendalikan emosi. Dari sekian cara, berdzikir kepada Allah merupakan salah satu yang paling ampuh untuk mengendalikan emosi, seperti membaca tahlil, tasbih, tahmid, takbir, dan membaca a’udzu billahi minasy syaitahnir rajim.

Dengan mengingat Allah, maka akan menimbulkan rasa khauf, perasaan khawatir untuk melakukan hal yang tidak disukai dan diridhai oleh Allah SWT.

Dari khauf ini maka ia akan membangkitkan ketaatan kepada Allah SWT. Di samping itu, mengingat Allah SWT juga bisa mengusir setan dan menghilangkan pengaruhnya serta membuat hati tenang.

Mengingat Allah pada saat marah sebagai cara mengendalikan amarah salah satunya didasarkan pada firman Allah SWT di dalam Surah Al-Kahfi ayat 24.

وَاذْكُرْ رَبَّك إذَا نَسِيتَ قَالَ عِكْرِمَةُ : يَعْنِي إذَا غَضِبْتَ

“Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa…” (QS. Al-Kahfi [18]: 24).

Ikrimah berkata bahwa yang dimaksud dengan "apabila engkau lupa" adalah "apabila engkau marah'". (Lihat, Al-Mawardi, Adab ad-Dunya wa ad-Din, h. 381).

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi atau amarah adalah dengan bersegera berwudlu, karena wudlu menyucikan yang lahir maupun yang batin, meredakan emosi dan gangguan setan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Abu Dawud dikatakan: 

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

"Sungguh, amarah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Sedang api hanya bisa dipadamkan dengan air. Jika salah satu di antara kalian marah maka berwudlulah."(Lihat Ibnu Rajab al-Hanbali, Jami' al-'Ulum wa al-Hikam, h. 146).

Cara-cara tersebut bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi dan amarah pada saat menjalankan ibadah puasa maupun tidak.

 

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021