tidak boleh jauh dari teknologi yang frontier
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong penguatan ekosistem inovasi Indonesia untuk penguasaan inovasi dan teknologi paling maju.

Baca juga: Menristek: Perkuat ekosistem riset-inovasi energi baru dan terbarukan

Baca juga: Kemristek fokus bangun ekosistem riset dan inovasi 2021


"Apapun inovasi yang mau kita perkuat inovasi teknologi khususnya mau tidak mau tidak boleh jauh dari teknologi yang frontier, teknologi yang paling maju saat ini, teknologi digital," kata Menristek Bambang dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 2021, Jakarta, Selasa.

Menristek Bambang menuturkan dalam ekosistem inovasi saat ini, yang berlaku adalah teknologi terkini yaitu teknologi revolusi industri ke-4 yang utamanya ditandai dengan teknologi digital atau otomatisasi. Teknologi dari revolusi industri ke-4 itu antara lain Big Data, kecerdasan artifisial dan Internet of things.

Kepala BRIN menuturkan ekosistem inovasi harus mencakup seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, utamanya pada tiga pihak yaitu pihak peneliti, perekayasa dan dosen dari sisi penelitian, pihak dunia usaha dan swasta, dan pihak pemerintah.



Masing-masing pihak tersebut harus ada keinginan untuk saling mengerti dan memahami yang menjadi kebutuhan dari masing-masing pihak.

Oleh karenanya, sinergi antar pihak itu harus diperkuat dengan menjalankan triple helix untuk penguatan ekosistem inovasi di Tanah Air.

Dalam penguatan ekosistem inovasi tersebut, kuncinya adalah dunia penelitian dengan dunia usaha harus saling berkomunikasi dan tidak boleh lagi ada hambatan di antara kedua pihak itu, dan yang bisa memastikan hubungan antara peneliti dengan dunia usaha bisa berjalan lancar itu adalah pemerintah yang memang bertugas memfasilitasi dan mendukung melalui regulasi.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan sinergi dan kolaborasi menjadi tantangan banyak produk inovasi dan teknologi yang berhenti pada saat ingin bergerak dari upaya perekayasaan dan penelitian.

Dia menuturkan kegiatan penelitian dan pengembangan sering jatuh di "lembah kematian inovasi" di mana tidak mampu melaksanakan alih teknologi, intermediasi teknologi hingga komersialisasi teknologi.

Dalam upaya melaksanakan komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, maka dari sejak awal harus sudah ada dari sisi pengguna yang memberikan tarikan kebutuhan terhadap inovasi tersebut sehingga peneliti dan perekayasa melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang arahnya untuk menghasilkan produk inovasi dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021