Buol, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Kaya akan sumber daya alam, tidak membuat Pemerintah Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah berhenti berinovasi dan membangun mimpi demi memajukan pembangunan daerah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Potensi sektor peternakan yang dimiliki Kabupaten Buol, menjadi modal besar bagi pemerintah di daerah setempat untuk menyusun rencana pengembangan peternakan, khususnya peternakan sapi.

Tidak tanggung-tanggung, Pemkab Buol lewat Bupati Amirudin Rauf menargetkan populasi sapi pada  2022 mencapai 50.000 ekor yang  telah dikuatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2022.

Peningkatan populasi sapi menjadi satu program prioritas sektor peternakan  Pemerintah Daerah Kabupaten Buol, guna meningkatkan ketahanan pangan dan membangun kemandirian ekonomi peternak dan petani.

Oleh karena itu, Pemkab Buol menggagas Program one man one cow (satu orang satu sapi). Program ini dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dalam hal budidaya peternakan sapi.

Tidak hanya mengandalkan APBD, Pemkab Buol juga membangun sinergitas program dengan pemerintah pusat khususnya Kementerian Pertanian untuk menopang pembangunan swasembada pangan dan kesejahteraan petani dan peternak.

Oleh karena itu, seluruh organisasi perangkat daerah terkait, seperti Dinas Peternakan, Pertanian, Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pekerjaan Umum dan beberapa OPD lainnya mengarahkan program dan kegiatannya yang mengarah pada peningkatan populasi sapi.

Berdasarkan data BPS kabupaten Buol populasi sapi di daerah itu pada 2020 mencapai 35.433 atau masih kurang sekitar 14.000 lebih sapi untuk mencapai target 50.000 ekor pada 2022.

Bupati Buol Amirudin Rauf meminta kepada semua OPD terkait di daerah itu agar mengarahkan semua program dan kegiatan untuk pencapaian target sesuai RPJMD tahun 2022. Salah satu target dalam RJMD yakni populasi sapi mencapai 50.000.

"Minimal di akhir tahun ini, kita sudah bisa mencapai target tersebut," kata Bupati Buol.

Butuh strategi dan pendekatan khusus dalam meningkat populasi sapi, mulai dari ketersediaan pakan, metode ternak atau tempat peternakan (kandang), dukungan dan peningkatan sumber daya manusia.

Metode Budidaya Sapi

Pemerintah Kabupaten Buol menyadari bahwa untuk mencapai peningkatan populasi sapi, maka dibutuhkan sarana untuk penunjang metode dalam pelaksanaan budidaya peternakan sapi.

Karena itu, Pemkab Buol membangun mini ranch, yang menjadi satu model pengelolaan budidaya sapi pedaging di lahan penggembalaan yang telah ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya melalui berbagai perlakuan ilmiah.

"Mini ranch ini tidak hanya untuk menopang target populasi sapi, melainkan mini ranch ini menjadi semacam sekolah budidaya peternakan sapi," ucap Bupati Buol Amirudin Rauf.

Mini ranch menjadi sarana untuk mengimbangkan antara kuantitas dan kualitas, artinya populasi sapi meningkat, diikutkan dengan peningkatan kualitas daging sapi. Karena itu  mini ranch tidak sekedar hanya menjadi tempat atau kandang sapi, tetapi menjadi tempat studi bagi petani dan peternak, untuk menimba ilmu dalam budidaya peternakan sapi.

Berkaitan dengan itu, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Buol Agus Salim menerangkan bahwa mini ranch berfungsi untuk mengedukasi petani dan peternak tentang bagaimana beternak sapi yang baik, hingga bagaimana mengelola kotoran sapi menjadi pupuk kandang dan biogas.

Mini ranch ini juga mengajarkan kepada petani, peternak tentang bagaimana membudidaya rumput pakan ternak sapi, agar sapi bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.

Agussalim mengatakan petani dan peternak perlu mengetahui tentang pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk dan budidaya rumput pakan ternak.

"Mini ranch atau peternakan terintegrasi ditujukan untuk menjadi “sekolah lapangan” bagi peternak, baik dalam pola perkembangbiakan, budidaya pakan sapi, dan pembuatan industri pupuk organic," ujarnya.

Kata dia, pata petani dan peternak sapi dari tiap desa akan di latih di mini ranch terkait hal-hal pengelolaan dan pembuatan pakan, teknik budidaya dan perkembangbiakan sapi.

Dana Desa

Dana desa menjadi satu kekuatan penopang program peningkatan populasi sapi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, untuk kesejahteraan peternak dan petani di desa.

Target 50.000 populasi sapi tahun 2022, jika hanya dibebankan pada APBD untuk mengintervensi seluruh peternak lewat program one man one cow, maka sulit untuk berhasil.

Olehnya, Bupati Buol Amirudin Rauf mengemukakan intervensi dari APBDes yang di dalamnya termasuk dana desa sangat penting untuk menopang populasi sapi pedaging.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Buol Agussalim mengemukakan sapi atau daging merupakan salah satu jenis kebutuhan konsumtif rumah tangga dan masyarakat yang selalu dibutuhkan.

Di tengah, populasi sapi yang terus berkurang, kata dia, jika tidak dikawal dengan program peningkatan populasi, maka stok sapi/daging di Buol dapat habis.

"Olehnya lahirlah program one man one cow baik melalui dana APBD dan intervensi APBDes," ucapnya.


Penyuplai Daging Sapi

Program one man one cow yang digagas oleh Bupati Buol Amirudin Rauf, tidak hanya untuk meningkatkan populasi sapi untuk menopang pembangunan ketahanan pangan di daerah itu.

Melainkan, dengan meningkatkan populasi sapi pedaging yang dibudidaya dengan menggunakan metode mini ranch, bisa menjadi peluang untuk menjadikan Buol sebagai daerah penyuplai daging sapi bagi provinsi di pulau Sulawesi dan Kalimantan.

"Dengan peningkatan populasi sapi yang sangat baik, yang diikutkan dengan kualitas dan mutu yang layak bersaing di pasar, maka one man one cow akan mengantar Buol menjadi daerah penyuplai sapi di Sulawesi, sekaligus kawasan timur Indonesia dan Kalimantan," ungkap Amirudin Rauf.

Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan, sebut Amirudin Rauf memberikan dampak ekonomis yang sangat besar bagi Kabupaten Buol.

"Jarak tempuh relatif dekat dengan Kalimantan sebagai wilayah ibu kota negara nanti, dan posisi Sulteng, khususnya Buol yang berhadapan langsung dengan wilayah itu merupakan suatu keuntungan ekonomi jika dimaksimalkan dengan baik," ujarnya.

Menurut dia, posisi Sulteng dengan ibu kota negara yang secara geografis sangat dekat itu bisa menjadi pintu gerbang jalur perdagangan kawasan timur ke ibu kota negara tersebut.

"Akan dengan mudah kita memanfaatkan ibu kota negara sebagai pasar komoditas khususnya produk pertanian dan peternakan, kelautan dan perikanan dari daerah kita,” kata Bupati Buol.

Namun, mimpi besar itu, harus diikutkan dengan menghapus hambatan yang dihapai oleh petani dan peternak dalam kegiatan budidaya peternakan sapi.

Ketua Kelompok Ternak Bunsel Rudini Makamadi mengemukakan bahwa kendala yang dihadapi peternak lebih pada soal akses pakan.

Kata Rudini Makamadi, bila ternak sapi di kandangkan baik kandang tradisional maupun di mani ranch, maka kebutuhan terhadap kana ternak sangat tinggi.

Hal ini menjadi tantangan bagi petani, untuk mewujudkan kualitas sapi pedaging yang siap bersaing di pasar.

"Karena jika dikandangkan maka solusinya harus menyiapkan pakan dalam jumlah besar. Ditambah lagi untuk membuat kandang membutuhkan lokasi yang cukup luas," kata dia.

Akhirnya peternak memilih berkembang biak lepas agar sapi mencari makan sendiri, namun hal ini akan berpengaruh pada berat badan sapi.

Sekaitan dengan itu, Ketua Kelompok Ternak Beramal Faisal Matoka meminta kepada Pemkab Buol agar mengalokasi dana untuk pengadaan dan pembuatan pakan ternak.

"Selain itu menyangkut dengan kesehatan ternak, yang mana juga membutuhkan obat-obatan dan penanganan dokter hewan," ujarnya.



Baca juga: Lampung mulai kembangkan sapi krui jadi komoditas unggul

Baca juga: Mentan:Peternakan sapi di Sukamara sangat berpotensi dikembangkan

Baca juga: Bappenas inisiasi sinergi kembangkan peternakan sapi di Sulawesi Utara

Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021