Kita sangat bersyukur karena penangkapan dua ekor harimau adalah merupakan pekerjaan yang sangat luar biasa namun dapat diselesaikan bersama-sama
Pontianak (ANTARA) - Kepala BKSDA Kalimantan Barat Sadtata Noor Adirahmanta menyatakan petugas tim gabungan dalam upaya mengamankan dua ekor harimau yang sempat lepas dari Kebun Binatang Sinka Zoo Singkawang, Jumat (5/2) selama 36 jam tidak tidur dalam menjalankan tugasnya.

"Kita sangat bersyukur karena penangkapan dua ekor harimau adalah merupakan pekerjaan yang sangat luar biasa namun dapat diselesaikan bersama-sama," katanya saat memberikan keterangan pers di Pontianak, Sabtu malam.

Tidak lupa dia memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam upaya penangkapan dua ekor harimau tersebut.

"Karena atas semua kerja kerasnya, kesabarannya dan soliditasnya menandakan ini sebuah sinergi antarpihak yang luar biasa. Bahkan 36 jam para petugas ini tidak tidur," katanya.

Menurut dia dalam upaya penangkapan semacam itu memang memerlukan kesabaran yang luar biasa.

Terkait dengan salah satu harimau yang sudah mati karena tertembak dengan peluru tajam, pihaknya akan berkonsultasi dengan tim medis terkait bagaimana penanganannya.

"Hal itu terjadi karena dinilai sudah mengancam keselamatan personel di lapangan," katanya.

Sedangkan harimau yang ditembak dengan senjata bius, nanti akan dilihat perkembangannya. Apabila sudah sadar barulah bisa dilakukan penanganannya seperti apa.

"Saya rasa sekarang kondisinya sudah aman di dalam kandang," katanya.

Terkait dengan kejadian itu pula, BKSDA Provinsi Kalbar akan melakukan evaluasi dengan meminta keterangan pihak-pihak terkait bagaimana hal itu bisa terjadi, apa-apa saja yang masih menjadi kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki dan sebagainya, demikian Sadtata Noor Adirahmanta ​​​​​​.

Baca juga: Dua ekor Harimau di Sinka Zoo Singkawang lepas

Baca juga: Harimau lepas di Singkawang dilumpuhkan dengan peluru tajam


Baca juga: BKSDA- IAR Indonesia selamatkan dua orangutan dari dampak Karhutla

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021