itu yang mengecilkan proporsi Orang Asli Papua
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gusti Ketut Ayu Surtiari mengatakan faktor migrasi berkontribusi terhadap mengecilnya proporsi orang asli Papua (OAP) di Papua.

"Faktor migrasi itu sangat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan penduduk di Papua Barat dan itu yang mengecilkan proporsi OAP. Ini sangat terlihat jelas di Kabupaten Sorong dimana proporsi OAP menjadi sangat kecil," kata Ayu dalam acara peluncuran virtual "Buku-Buku Tantangan dan Solusi Tanah Papua dari Sisi Kependudukan", Jakarta, Kamis.

Dan migrasi masuk itu sudah terjadi sejak tahun 80-an dan 90-an ketika sedang digalakkannya transmigrasi dan selanjutnya terus terjadi migrasi masuk akibat pertumbuhan pembangunan yang secara progresif terjadi dan hampir di semua Papua Barat saat ini, tambahnya.

Dalam acara itu, Ayu memaparkan tentang satu dari tiga buku yang diluncurkan LIPI, yang berjudul Orang Asli Papua: Kondisi Sosial Demografi dan Perubahannya.

Dua buku lain adalah Pendidikan Sebagai Jalan Terang: Membangun Pendidikan yang Responsif terhadap Kondisi Geografis, Demografi, Sosial, dan Budaya Orang Asli Papua; dan Kesehatan Ibu dan Anak Orang Asli Papua: Antara Ketersediaan Layanan dan Tantangan Sosial Budaya.

Dalam pemaparannya, Ayu menuturkan migrasi masuk yang terjadi diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, bahkan sejak digencarkannya transmigrasi pada1980 atau 1990, yang menyebabkan meningkatnya migran di Papua.

Baca juga: LIPI: Pendidikan harus responsif terhadap kondisi sosial-budaya Papua

Baca juga: LIPI dorong peningkatan pendidikan berkualitas bagi anak-anak Papua

Baca juga: LIPI: Pentingnya dialog untuk selesaikan masalah Papua


Migrasi masih akan terus terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur dan kebutuhan akan tenaga kerja terampil sehingga orang asli Papua terpinggirkan ke perdesaaan khususnya di Kabupaten Sorong.

Ayu menuturkan kondisi sosial demografi meliputi jumlah, struktur/komposisi, dan distribusi OAP. Perubahan sosial demografi itu disebabkan oleh variabel kelahiran, kematian dan migrasi.

"Yang jadi catatan penting kita adalah proporsi OAP dan bukan OAP ternyata sudah hampir sama. Ini menunjukkan adanya penurunan jumlah OAP," ujar Ayu.

Namun, itu sebenarnya tidak semata-mata menunjukkan jumlah orang asli Papua menurun signifikan karena masih ada kecenderungan kelahiran yang tetap tinggi.

Meskipun kelahiran masih tinggi namun cenderung menurun terkait jumlah anak yang dilahirkan, seiring dengan peningkatan pemahaman pentingnya kualitas anak untuk mendapatkan pendidikan tinggi, katanya.

Jumlah anak yang dilahirkan generasi saat ini lebih sedikit dibanding generasi sebelumnya atau generasi orang tua mereka. Generasi sekarang rata-rata memiliki 5-6 anak, sedangkan generasi sebelumnya bisa mempunyai 7-12 anak, katanya.

"Faktor kelahiran itu masih menjadi sangat dominan dalam berkontribusi terhadap peningkatan jumlah penduduk secara keseluruhan dan termasuk juga OAP namun memang kelahiran yang tinggi ini ditunjukkan ada kecenderungan penurunan jumlahnya kalau kita bandingkan misalnya jumlah anak yang dimiliki sekarang itu sudah lebih rendah, lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya, generasi orang tua mereka," tutur Ayu.

Proporsi orang asli Papua terlihat menurun tapi secara umum jumlah orang asli Papua mengalami peningkatan namun sangat kecil.

Ayu menuturkan pembangunan infrastruktur terus berlangsung dan telah meningkatkan konektifitas antar wilayah. Hal itu mendorong perlunya peningkatan kualitas orang asli Papua dari segi pendidikan dan kesehatan agar dapat bersaing dengan para pendatang.

Dari hasil penelitian yang diungkapkan dalam buku itu, diketahui bahwa perubahan di Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat didominasi oleh pertumbuhan alami, khususnya kelahiran. Kelahiran yang tinggi masih ditemui di Kabupaten Tambrauw.

Sementara perubahan di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat, didominasi oleh migrasi masuk, sehingga proporsi orang asli Papua rendah. Proses yang sama di Kabupetan Sorong akan terjadi di Kabupaten Tambrauw sehingga memerlukan antisipasi sejak dini agar orang asli Papua tidak termarjinalisasi.

Baca juga: LIPI luncurkan tiga buku hasil studi sosial demografi Papua

Baca juga: Pembangunan Papua perlu perhatikan perspektif masyarakat adat


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020