Semarang (ANTARA News) - Tim dokter RSUP dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah, terus memeriksa secara intensif paru-paru Bilqis Anindya Passa, bayi di bawah lima tahun (Balita) yang menderita atresia bilier.

"Kami melakukannya untuk mengetahui kesiapan Bilqis untuk menjalani operasi yang akan membutuhkan waktu lama," kata penggagas tim cangkok hati Prof dr Soemantri di Semarang, Selasa.

Menurut dia, pemeriksaan paru-paru tersebut sangat penting, mengingat pasien nantinya harus dibius, sehingga seberapa kuat paru-paru menjalani operasi yang lama harus diperhitungkan.

"Semua persiapan terkait operasi cangkok hati yang akan dilakukan dipersiapkan dengan rinci, namun waktu operasi tersebut sampai saat ini memang belum dapat dipastikan," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya hingga saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan darah Bilqis dan ibunya, Dewi Farida (37) terkait kandungan Epstein-Barr virus (EBV) dari Amerika Serikat dan Singapura.

"Sampai saat ini hasilnya belum diketahui, saya tadi juga sudah mengkonfirmasi lewat telepon terkait sampel yang dikirim ke Singapura, namun belum ada hasilnya, semoga hasilnya baik," kata pakar darah tersebut.

Berkaitan dengan kondisi Bilqis, ia mengatakan, berat badan Bilqis saat ini sudah mencapai 8,8 kilogram, namun diperkirakan termasuk kandungan cairan yang terdapat dalam tubuh Bilqis.

"Berat badannya memang naik cukup signifikan, namun masih akan dilihat lagi kenaikannya karena apa. Idealnya, berat badan Bilqis harus menunggu hingga 9 kilogram, namun tentu ada pertimbangan lain," katanya.

Asupan makanan untuk Bilqis, kata dia, sampai saat ini masih diberikan dalam bentuk cairan, namun asupan tersebut diutamakan yang banyak mengandung glutamin, elektrolit, garam, dan protein.

"Kami juga melakukan pendekatan secara psikologis untuk mengetahui kondisi psikologis Bilqis dalam menjalani perawatan, misalnya terkait apa kesenangannya, makanan kesukaan, dan daya tahannya menjalani operasi," katanya.

Menurut dia, usia Bilqis untuk menjalani operasi cangkok hati saat ini tergolong tepat, sebab jika dilakukan untuk anak usia 2,5 tahun peluangnya hidupnya hanya sekitar lima persen.

"Jika umurnya 2,5 tahun peluang hidupnya tinggal lima persen dengan dampak fisik dan kemampuan otak menurun, kalau umur lima atau tujuh tahun akan lebih sulit lagi, peluangnya akan sangat berkurang," kata Soemantri.

Sementara itu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar yang menjenguk Bilqis, Selasa (23/2), terlihat memberikan dukungan pada keluarga agar operasi berjalan lancar.

Ia mengatakan, langkah yang diambil pemerintah untuk membantu operasi Bilqis merupakan bentuk perhatian pemerintah yang besar melalui Kementerian Kesehatan, dan hal itu memang tugas pemerintah.

"Program-program pemerintah sangat banyak sekali untuk membantu masalah-masalah seperti ini, namun `action` dari pemerintah daerah dan masyarakat juga tetap diperlukan," kata Linda.

(U.PK-ZLS/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010