Bukan hanya Indonesia yang akan terpengaruh perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia-Pasifik, melainkan akan menimpa pula negara-negara ASEAN.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono mengatakan Indonesia harus mewaspadai perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia-Pasifik yang berpengaruh pada pergeseran geopolitik, geoekonomi, dan geostrategi.

"Yang akan terpengaruh perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia-Pasifik sebenarnya bukan hanya Indonesia, melainkan secara keseluruhan akan menimpa negara-negara ASEAN," kata Nono dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Nono Sampono mengatakan hal itu ketika berbicara di hadapan Menkopolhukam Mahfud MD dan jajaran pejabat eselon I dan II di lingkungan Kementerian Polhukam, Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Selasa.

Baca juga: Indonesia dorong kerjasama kawasan untuk pemulihan pascapandemi

Sejak Mei 2018, menurut dia, sudah terjadi perubahan-perubahan besar keamanan di Asia yang dinamakan Indo Pacific Region.

Menurut dia, yang paling harus diwaspadai bukan sebatas keamanan perbatasan, melainkan efek dari persaingan perdagangan global yang akan masuk melalui jalur-jalur laut dan pemanfaatan pelabuhan Indonesia.

"Pada saat ini barang-barang dari Tiongkok sudah ke mana-mana, banyak negara sudah ketergantungan dengan negara tersebut, termasuk Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, negara pesaing RRT seperti Amerika belum mampu bersaing dengan negeri tirai bambu itu, apalagi Indonesia, dari segi politik, saat ini hanya bisa mempertahankan segala macam keragaman sumber daya alam.

Hingga saat ini, Indonesia masih kalah agresif dalam memperluas pasar maupun investasi di kawasan Asia Tenggara dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.

Indonesia sebagai negara dengan wilayah terluas dan memiliki area yang menjadi penghubung sebagian besar negara di Asia Tenggara, kata dia, harus mengoptimalkan peluang strategis di kawasan tersebut.

Baca juga: ASEAN dan Kanada adopsi rencana aksi 2021-2025 pada Agustus 2020

"Tidak hanya ekspor produk barang/jasa, tetapi juga investasi. Investasi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga memperkuat integrasi antarkawasan," katanya.

Saat ini, menurut Nono, Indonesia hanya bertumpu pada kesepakatan perdagangan bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) beserta kesepakatan ASEAN dengan negara mitra (ASEAN-Cina FTA/ACFTA, ASEAN-Korea FTA/AKFTA, ASEAN-Japan CEP/AJCEP, ASEAN-India FTA/AIFTA, dan ASEAN Australia New Zealand FTA-AANZFTA). Namun, penetrasi pasar masih sangat minim.

Kondisi itu harus berubah jika Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tengah-tengah perang dagang AS-Cina karena harus bisa menghadapi persaingan dalam perdagangan global yang saat ini dikuasai kedua negara tersebut.

"Sekitar 90 persen perdagangan dunia itu melalui laut dan melintasi Indonesia. Ini yang perlu kita manfaatkan, jangan sampai kita hanya menjadi konsumen atau pasar saja, tetapi kita juga harus bisa menjadi produsen," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia tidak boleh terprovokasi dengan ancaman-ancaman keamanan dari luar yang bertujuan mengacaukan konsentrasi bangsa Indonesia untuk mengimbangi persaingan dagang negara-negara kuat.

Untuk itu, Nono menawarkan berbagai hal dalam konteks ASEAN, yakni pertama, Indonesia tidak bisa berpikir atau ingin maju sendiri, tetapi harus berpikir maju bersama dengan negara-negara ASEAN.

Baca juga: ASEAN sarankan negara anggota rancang stimulus UMKM di tengah pandemi

"Indonesia harus menghindari konflik dan fokus menjaga arus pelayaran, khususnya di kawasan Laut Cina Selatan. Selain itu, kita juga harus secepatnya melakukan diplomasi-diplomasi maritim karena arus perdagangan akan lebih banyak melintasi laut," ujarnya.

Terakhir, lanjutt Nono, adalah memperkuat militer karena untuk bersaing dan merebut perdagangan global, Indonesia tidak bisa abaikan kekuatan militer, di samping memperkuat kekuatan ekonomi.

Ia menilai Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan bukan hanya dari sumber daya alam (SDA), melainkan juga posisi geografis strategis di kawasan ASEAN sehingga posisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal, baik untuk jalur perdagangan maupun jalur logistik, yang memungkinkan proses investasi berjalan lebih baik lagi.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020