New York (ANTARA) - Dolar AS naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah mendapatkan kembali daya tarik safe-haven, ketika investor khawatir bahwa kebangkitan kasus virus corona AS dapat menghapus kembali kenaikan lapangan kerja musim panas.

Pasar keuangan AS akan ditutup pada Jumat waktu setempat untuk liburan Hari Kemerdekaan 4 Juli.

Pada awal perdagangan, dolar jatuh karena minat terhadap aset berisiko meningkat setelah data Juni, menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu menciptakan lapangan kerja pada laju yang jauh lebih cepat daripada perkiraan pasar. Tapi optimisme itu berkurang di tengah laporan kasus baru COVID-19 di AS. Florida melaporkan lebih dari 10.000 kasus baru, peningkatan harian terbesar di negara bagian sejak pandemi dimulai, menurut penghitungan Reuters.

Sehari sebelumnya, jumlah kasus secara nasional melonjak hampir 50.000, rekor kenaikan infeksi keempat dalam tujuh hari terakhir, menyusul langkah-langkah di banyak negara bagian untuk memungkinkan bisnis dibuka kembali dari penutupan ketat.

"Kinerja dolar akan bergantung pada respons AS terhadap COVID," kata Juan Perez, pedagang mata uang senior di Tempus Inc. Washington. "Pada akhirnya, AS kalah karena situasinya jauh lebih sulit daripada di bagian lain dunia."

Meskipun Kamis (2/7/2020) naik, greenback mencatat kerugian mingguan kedua berturut-turut terhadap sejumlah mata uang utama lainnya.

Pada awal perdagangan, dolar mencapai posisi terendah terhadap euro dan mempertahankan kerugian terhadap sejmlah mata uang utama setelah data menunjukkan bahwa penggajian (payroll) nonpertanian AS meningkat sebesar 4,8 juta pekerjaan pada Juni, terbesar sejak pemerintah mulai mencatat pada 1939.

Payroll nonpertanian rebound 2,699 juta pada Mei. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan payroll meningkat sebanyak tiga juta pekerjaan pada Juni.

Tingkat pengangguran turun menjadi 11,1 persen bulan lalu turun dari 13,3 persen pada Mei, mengurangi daya tarik dolar sebagai tempat yang aman.

Karena itu, Dave Rosenberg, kepala ekonom dan ahli strategi di Rosenberg Research penting untuk menempatkan beberapa perspektif pada laporan pekerjaan. Dia mengatakan survei berlangsung pada minggu bulan Juni di mana setiap negara bagian telah dibuka kembali.

“Kita tahu bahwa sejak itu, sekitar 40 persen negara bagian sekarang terpaksa menutup kembali, atau mengurangi fase pembukaan kembali mereka karena lompatan baru dalam jumlah kasus virus corona, jadi kita akan melihat apa yang Juli bawa sebulan dari sekarang,” Rosenberg menambahkan.

Dalam perdagangan sore, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen menjadi 97,299, ketika euro melemah 0,1 persen terhadap greenback menjadi 1,1235 dolar.

Meskipun dolar baru-baru ini mengalami pelemahan, greenback masih naik sekitar 2,5 persen dari terendah 2020 di 94,6 dalam indeks dolar yang dicapai pada awal Maret. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan lebih banyak pelemahan untuk greenback selama 12 bulan ke depan karena berkurangnya permintaan global.

Dolar naik 0,1 persen terhadap mata uang safe-haven yen menjadi 107,54 yen.

Baca juga: Dolar melemah lagi, data positif AS hambat permintaan "safe-haven"
Baca juga: Dolar hanya sedikit menguat, pasar masih khawatir kasus baru Corona AS
Baca juga: Dolar menguat karena kekhawatiran virus tekan sentimen risiko

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020