tidak hanya bicara publikasi nasional tapi juga bicara sitasi plus
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengumumkan 500 peneliti terbaik Indonesia berdasarkan Science and Technology Index (Sinta).

"Kita harapkan ranking ini sudah benar-benar menggambarkan kondisi yang paling komprehensif dari kualitas peneliti dan dosen yang ada di Indonesia," kata Menristek Bambang dalam konferensi virtual Sinta Series 1: Pemeringkatan 500 Peneliti Terbaik Indonesia, Jakarta, Kamis.

Pemeringkatan tersebut akan menunjukkan peneliti atau dosen yang memang mempunyai jumlah publikasi nasional dan internasional dalam skala yang cukup besar baik dari segi jumlah artikelnya, kualifikasi jurnalnya serta tingkat jurnal ilmiah yang dijadikan referensi global atau tingkat sitasi.

"Jadi tidak hanya bicara publikasi nasional tapi juga bicara sitasi plus yang bersangkutan juga aktif di publikasi internasional," ujar Menristek Bambang.

Baca juga: Menristekdikti harapkan SINTA motivasi para peneliti
Baca juga: Pemerintah akan terbitkan aturan tentang integritas akademik


Peneliti atau dosen yang memperoleh peringkat 1-5 secara berurutan adalah Suharyo Sumowidagdo dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Agus Sudaryanto dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indah Suci Widyahening dari Universitas Indonesia, Riyanarto Sarno dari Institur Teknologi Sepuluh Nopember, Moesijanti Yudiarti Endang Soekarti dari Poltekkes Kementerian Kesehatan Jakarta II.

Sementara peringkat 5-10 secara berturutan adalah Mauri Dhi Hery Purnomo dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, I Gede Wenten dari Institut Teknologi Bandung, Achmad Nizar Hidayanto dari Universitas Indonesia, Evy Yuni Hastuti dari Universitas Indonesia, dan Abdul Rohman dari Universitas Gadjah Mada.

Hasil pemeringkatan 500 peneliti terbaik Indonesia dapat diakses di alamat website http://sinta.ristekbrin.go.id/authors.

Baca juga: Tim Kemenristekdikti analisis kualitas data Sinta
Baca juga: Menristek luncurkan SINTA, portal kinerja peneliti


Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Dimyati mengatakan Sinta merupakan satu inovasi Indonesia berupa sistem informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan untuk mengukur kinerja individu, institusi dan jaringan dari para peneliti, perekayasa dan dosen yang ada di Indonesia.

Sinta diharapkan ke depannya akan bisa dikembangkan untuk melihat kinerja ilmiah seluruh tenaga fungsional di Republik Indonesia dengan merujuk salah satunya pada kualitas dan kuantitas publikasi.

"Sinta telah dimanfaatkan untuk pemeringkatan peneliti, institusi, prodi, fakultas dan universitas," ujar Dimyati.

Baca juga: Tradisi penulisan ilmiah di Tanah Air harus didorong
Baca juga: LIPI catat 382.568 artikel sudah dalam bentuk digital


Sinta dikembangkan pertama kali pada November 2016 dan diluncurkan pada 30 Januari 2017.

Sampai saat ini, Sinta telah mengelola 194.904 penulis jurnal ilmiah yang telah terverifikasi dan 4.607 jurnal nasional dan internasional, serta 34.677 buku.

Penulis jurnal ilmiah yang terdaftar di Sinta saat ini sudah 74 persen dari seluruh dosen.

Dimyati menuturkan belum banyak penulis jurnal ilmiah dari lembaga penelitian dan pengembangan yakni lembaga pemerintah non kementerian dan kementerian/lembaga yang mendaftar di Sinta.

Ada dua kemungkinan penyebabnya yakni belum mau atau tidak tahu cara mendaftar, dan belum punya publikasi ilmiah.

Baca juga: UMY latih pengelola jurnal ilmiah operasikan OJS
Baca juga: Muhammad Nasir targetkan 2019 Indonesia pimpin publikasi ilmiah

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020