Jakarta (ANTARA) - Masa kecil Aven Hinelo di tempat kelahirannya, Gorontalo banyak dihabiskan dengan bermain bola, hampir setiap hari.

Salah satu calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 tersebut tidak bisa melupakan kaki-kaki mungilnya berlari dan mengincar bola untuk membuat skor.

“Olahraga yang ada dan paling mudah dilakukan di kampung saya waktu itu, ya, sepak bola,” ujar Aven kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Jangan bayangkan permainan seru tersebut dilakukan dengan bola berbahan kulit yang lazim terlihat di toko-toko olahraga.

Aven menyebut bahwa bola yang mereka gunakan ketika itu sangat sederhana.

“Dahulu di Gorontalo, kami membuat bola dari daun pisang yang dilingkar-lingkar,” tutur pria yang lahir pada 4 April 1969 itu.

Berawal dari sana, Aven Hinelo tumbuh sebagai laki-laki dewasa yang bertekad terjun lebih dalam ke dunia sepak bola.

Bukan sebagai pemain, kesempatan masuk ke sepak bola profesional justru datang ketika Aven menjadi penerjemah pemain asal Ceko Miroslav Janu yang hijrah ke Persigo Gorontalo pada tahun 2002.

Dari sana, Aven merangkak naik menjadi sekretaris Persigo (2005-2007), lalu asisten manajer Persigo (2007-2012), manajer tim Persigo (2012-2017) sampai akhirnya kini menjadi CEO Persigo.

Semua pengalaman itu membuat Aven percaya diri maju menjadi calon ketua umum PSSI periode 2019-2023. Sebelumnya, dia sempat masuk bursa bakal calon anggota komite eksekutif PSSI 2016-2020, tetapi belum berhasil menjadi calon tetap.

“Sekarang saya memegang dua klub yaitu Persigo dan Kreasindo FC. Jadi, dibandingkan dengan calon ketua umum PSSI lain, saya lebih memahami situasi sepak bola,” kata laki-laki yang sempat menjadi ASN di RRI Gorontalo itu.

 

Pemerintah

Dalam kampanyenya sebagai calon ketua umum PSSI periode 2019-2023, Aven Hinelo menekankan pentingnya kerja sama dengan pemerintah, terutama visi-misi Presiden Joko Widodo yaitu Nawa Cita.

Menurut Aven, penting bagi PSSI dan pemerintah menyinergikan program agar tidak tumpang tindih satu sama lain.

Misalnya, jika pemerintah memiliki turnamen seperti Piala Menpora U-14 dan tim nasional pelajar, PSSI dapat membantu salah satunya dengan memberikan dukungan perangkat pertandingan.

PSSI pun akan mendapatkan keuntungan dari sana karena para pemain terbaik kompetisi dan timnas pelajar dapat memperkuat tim nasional Indonesia di berbagai kelompok umur.

“Jadi PSSI harus bersyukur dengan program-program pemerintah seperti itu. Siapa tahun dari kompetisi pemerintah bisa lahir pemain bagus yang mempunyai nasionalisme tinggi,” ujar Aven.

Aven Hinelo menilai bahwa PSSI beberapa tahun terakhir terkesan menjauh dari pemerintah.

“Kalau saya terpilih jadi ketua umum PSSI, sehari setelahnya saya akan menghadap Presiden Joko Widodo,” kata dia.

Kalau menjabat ketua umum PSSI, Aven berencana ingin mengubah Statuta PSSI agar jumlah pemilik suara (voter) PSSI bertambah.

Dia merasa janggal jumlah voter saat ini hanya 86, padahal anggota PSSI di Indonesia berjumlah 900-an.

“Masa anggota PSSI hanya diwakili 86 voter? Itu akan menimbulkan polemik,” tutur Aven.

Aven Hinelo menjadi salah satu calon ketua umum PSSI periode 2019-2023 bersama 10 nama lainnya yakni Arif Wicaksono, Bernhard Limbong, Benny Erwin, Fary Djemi Francis, La Nyalla Mattalitti, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, Sarman El Hakim, Vijaya Fitriyasa dan Yesayas Oktavianus.

Adapun kongres pemilihan 15 personel Exco PSSI 2019-2023 yaitu ketua umum, dua wakil ketua umum dan 12 anggota exco digelar pada 2 November 2019 di Jakarta.

Baca juga: PSSI: kongres pemilihan Exco 2 November 2019 sah dan legal

Baca juga: PSSI rilis 97 nama calon tetap Komite Eksekutif 2019-2023


 

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019