Jakarta (ANTARA) - Wakil Rektor Universitas Indonesia Bambang Wibawarta mengatakan pendidikan dasar dan menengah perlu diubah untuk mencegah sedikitnya empat ancaman pada generasi muda.

"Butuh perhatian serius dan perubahan mendasar dalam sistem pendidikan dasar dan menengah untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman yang datang," ujar Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Sebanyak empat ancaman yang mengancam generasi muda itu yakni radikalisme, kebangsaan, kesehatan, dan paparan narkoba.

Dia melanjutkan, untuk paham radikalisme dengan mendalami agama padahal sebenarnya mengajak generasi muda untuk melawan pemerintahan yang sah.

Mengenai kebangsaan, sambungnya, fondasi bangsa berupa UUD 1945 dan Pancasila dicoba secara terus menerus untuk digantikan dengan bentuk pemahaman lainnya yang dinilai lebih sesuai dengan aturan agama.

“Untuk kesehatan, generasi muda Indonesia kini tidak memiliki kepedulian, terbukti dari rentannya anak-anak usia pendidikan dasar dan menengah terserang penyakit. Oleh karena itu, dalam pendidikan dasar perlu ditekankan pentingnya menjaga kesehatan individu,” jelas Bambang.

Berikutnya, lanjut Bambang, adalah penyebaran masalah narkotika dan obat berbahaya (narkoba) yang sudah sampai pada tingkat sekolah dasar dan menengah melalui makanan dan pergaulan yang dilakukan oleh generasi muda bangsa.

Baca juga: Budaya literasi harus dimulai dari generasi termuda


Oleh karena itu, Bambang juga mengajak Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) khususnya dan warga Nahdlatul Ulama untuk secara bersama-sama mengatasi dan mengantisipasi masalah ini.

“NU sebagai garda terdepan bangsa harus segera bertindak untuk mengatasi hal ini,” ucap Bambang.

Menurut Bambang, beberapa ancaman tersebut dengan cepat menyebar disebabkan karena kemudahan yang diterima oleh masyarakat dalam era keterbukaan mendapat informasi.

“Siapapun kini bisa memiliki telepon selular, dalam satu telepon selular itu terkuak berbagai macam informasi dari berbagai macam belahan dunia mulai dari soal pendidikan, belanja, hingga hal negatif ada dalam satu genggaman,” papar Bambang.

Masyarakat Indonesia, sambung dia, rata-rata menghabiskan waktu lebih dari delapan jam hanya untuk melihat telepon selular yang di dalamnya terkandung aspek bersosialisasi, mencari informasi dan lainnya.

“Untuk dunia peringkat Indonesia berada pada urutan kelima, setelah Filipina, Brazil, Thailand dan Kolombia. Ini penelitian resmi artinya di negara berkembang masyarakatnya jauh lebih senang menghabiskan waktu dengan internet,” kata Bambang.

Di samping itu, Bambang juga mengungkapkan bahwa peran media massa sangat besar dan vital untuk menjaga bangsa Indonesia dari empat ancaman dan peran buruk yang dapat ditimbulkan dari era keterbukaan informasi (internet).

“Media itu punya empat peran yang sangat vital untuk menjaga Indonesia yaitu sebagai penyampai informasi (as informer), memberikan edukasi (to educate), sarana hiburan (to entertain) dan sarana untuk memengaruhi (to influence),” ungkapnya.

Bambang juga mengusulkan agar pemerintah memiliki strategi kebudayaan yang konkret dan komprehensif untuk generasi muda Indonesia. Langkah konret itu dapat diwujudkan pertama, dengan membangun dan membekali peserta generasi muda dengan pendidkan karakter yang baik untuk menghadapi dinamika perubahan.

Kedua, mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan pada karakter sebagai jiwa utama dengan dukungan publik.

“Ketiga adalah dengan merevitalisasi dan memperkuat potensi serta kompetensi pendidikan, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat dan lingkungan dalam keluarga,” pungkas dia.* 


Baca juga: Cegah korupsi, guru besar UI dorong pemeriksaan BPK

 

Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019