Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur mengatakan tiga kecamatan di daerah itu dalam status awas kekeringan karena dilanda krisis air bersih untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun maupun air minum untuk hewan.

"Ada tiga kecamatan di Kota Kupang dalam status awas kekeringan. Tiga kecamatan itu saat ini sedang mengalami krisis air bersih sehingga dibutuhkan upaya penanggulangan secara serius daerah ini," kata pelaksana tugas Kepala Badan Penangulanan Bencana Daerah (BPBD), Kota Kupang, Abraham Ade Manafe kepada Antara di Kupang, Rabu.

Tiga kecamatan di ibu kota provinsi berbasis kepulauan ini yang dalam status awas kekeringan kekeringan yaitu Kecamatan Alak, Kecamatan Kota Raja dan Kecamatan Kelapa Maulafa.

Menurut Manafe, pemerintah Kota Kupang sedang berupaya untuk meminta bantuan pemerintah Provinsi dan pemerintah pusat guna mendapatkan bantuan tangap darurat bagi masyarakat di tiga kecamatan yang dilanda kekeringan itu.

"Kami sedang mempersiapkan proposal untuk meminta bantuan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi NTT untuk membantu penanganan darurat air bersih bagi masyarakat di tiga kecamatan itu," tegas Manafe.

Baca juga: Kekeringan meteorologis terpanjang landa Sumba Timur

Ia menambahkan selain mengalami krisis air bersih tiga daerah itu juga dilanda kekeringan hingga menyebabkan lahan pertanian milik petani mengalami gagal tanam karena ketiadaan air.

"Ada lahan pertanian milik warga yang juga mengalami gagal tanam karena ketiadaan air untuk mengairi lahan pertanian milik warga," tegasnya.

Menurut dia, pemerintah Kota Kupang sedang melakukan pendataan terhadap jumlah petani di tiga kecamatan itu yang terdampak kekeringan sehingga menjadi target penerima bantuan darurat dari pemerintah.

"Kami akan lihat bantuan apa yang dibutuhkan warga. Apabila membutuhkan air bersih akan kita bantu distribusi air bersih," kata Abraham Ade Manafe. 

Baca juga: Kekeringan meteorologis terpanjang landa tiga kabupaten di NTT

Baca juga: 41 wilayah di NTT alami kekeringan ekstrem

 

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019