Popularitas di Kalangan "Wong Cilik" Bukan Jaminan

id Popularitas di Kalangan "Wong Cilik" Bukan Jaminan

Jakarta, (Antara) - Popularitas calon presiden (capres) di kalangan "wong cilik" dinilai bukan jaminan yang pasti untuk berhasil memenangkan hati mereka saat pemilu, kata pengamat politik Bachtiar Aly. "Masyarakat menengah ke bawah itu sangat rentan dan swing voter bisa terjadi," kata Bachtiar Aly di Jakarta, Rabu. Dari hasil pantauan Antara di sekitar Jabodetabek menjelang pemilu menunjukkan tiga nama calon presiden (capres) populer di kalangan "wong cilik" yakni Joko Widodo atau Jokowi dari PDI Perjuangan, Prabowo dari Gerindra, dan Wiranto dari Hanura. Bachtiar sendiri menanggapi hal itu sebagai indikasi yang menarik yang bisa dijadikan bahan prediksi sosok seperti apa yang sebenarnya diinginkan kalangan menengah ke bawah. "Banyak hal yang bisa terjadi yang berada di luar kontrol kandidat, bahkan ada yang sekarang populer jungkir balik dalam semalam. Ada yang tidak populer melejit seketika. Tapi ini indikasi yang menarik," katanya. Namun ia menekankan meskipun tiga capres itu populer di mata wong cilik, hal tersebut tidak otomatis menjadi jaminan bahwa ketiganya bakal dipilih oleh rakyat saat pemilu. Wong cilik, kata dia, cenderung lebih pragmatis dan mudah terkontaminasi politik uang sehingga komitmennya justru bertambah sulit untuk dipegang. Oleh karena itu ia meyakini komposisi bisa dengan mudah berbalik di kalangan wong cilik tergantung pengaruh dan perlakuan kandidat terhadap mereka. Ia mencontohkan jika saat ini Jokowi naik daun maka belum tentu masyarakat kalangan menengah ke bawah akan mencoblosnya saat pemilu. Hal itu karena saat ini pun sudah banyak upaya untuk mendemoralisasi Jokowi. "Jadi yang perlu mereka lakukan adalah men-'treatment' positioning mereka saat ini. Jaga agar tidak sampai goyang dengan bukti-bukti dan kerja nyata serta capaian program. Bukan sekadar janji saja, karena mereka kaum yang pragmatis," katanya. (*/jno)