Pengguna Jalan Lintas Sumatera Keluhkan Pungutan Liar

id Pengguna Jalan Lintas Sumatera Keluhkan Pungutan Liar

Musirawas, (Antara) - Pengguna jalan Lintas Tengah Sumatera poros Kabupaten Muara Enim- Lahat-Musirawas, Sumatera Selatan, mengeluhkan pungutan liar oknum masyarakat yang memanfaatkan jalan rusak di wilayah itu. Ada beberapa titik badan jalan lintas Sumatera nyaris putus sudah cukup lama , namun tidak diperbaiki akibatnya praktik pungutan liar itu makin marak dan meresahkan pengguna jalan tersebut, kata salah seorang sopir bus antara provinsi Supri di Musirawas, Jumat. Ia mengatakan pungutan oknum masyarakat itu sangat bervariasi kalau siang hari rata-rata Rp25 ribu, namun bila lewat pada malam hari lebih besar dan memberatkan. Padahal jalan negara itu dikhususkan untuk lalu lintas kendaraan masyarakat umum, namun dimanfaatkan oknum masyarakat mencari keuntungan dan bukan untuk pemerintah. "Sebetulnya kami berkeberatan membayar pungutan itu, namun secara terpaksa harus bagai mana lagi dari pada dirampok lebih baik menguras dana operasional," tururnya. Keluhan serupa juga dari para sopir travel Lubuklinggau -Palembang lewat Kabupaten Lahat, bila sampai pada titik jalan lintas yang nyaris putus itu sudah puluhan masyarakat menyetop kendaraan dan pura-pura mengatur lalu lintas, bila dibayar dengan uang receh mereka marah-marah dan mengancam. "Kami mengharapkan kepada pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kementerian PU untuk memperbaiki jalan lintas Tengah Sumatera tersebut agar pengguna jalan terhindar dari ancaman kriminal," kata seorang sopir travel Eko. Lain lagi keluhan kendaraan pribadi, bila lewat pada malam hari merasa was-was karena pada titik jalan lintas yang nyaris itu sangat rawan tindak kriminal. Warga yang berjag-jaga pada jalan rusak itu biasanya minta uang sudah ditargetkan mereka, buka sukarela dari pemilik kendaraan, bila tidak dipenuhi akan terjadi ancaman kriminal. "Beberapa bulan silan Kami pernah terjebak saat lewat malam hari dan hujan lebat tidak memperkirakan ada jalan nyaris putus, tiba pada titik jalan itu ada tumpukan batu bergitu berhenti keluar beberapa masyarakat dari semak-semak dan langsung minta sejumlah uang," tuturnya. Dalam keadaan terdesak dan tak mungkin berputar balik arah permintaan orang tak dikenal itu dikabulkan dan setelah minta uang mau minta lagi handephon dan lainnya. Setelah seluruh permintaan mereka itu dikabulkan baru tumpukan batu itu dibuka dan bisa lewat, setelah berjalan beberapa jam baru sadar bahwa mereka dirampok, tutur warga Kota lubuklinggau enggan disebut namanya.(*/sun)