Petani Ikan Maninjau Rugi Rp1 Miliar

id Petani Ikan Maninjau Rugi Rp1 Miliar

Petani Ikan Maninjau Rugi Rp1 Miliar

Petani membersihkan keramba dari bangkai ikan

Lubukbasung,(Antara) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam mengatakan petani keramba jaring apung Danau Maninjau mengalami kerugian sekitar Rp1 miliar akibat 50 ton ikan mati mendadak, Senin (17/3). "Diperkirakan petani keramba jaring apung di Lingai, Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, mengalami kerugian sekitar Rp1 miliar, karena karena harga ikan di pasaran sekitar Rp20.000 per kilogram," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam, Ermanto di Lubukbasung, Selasa. Ikan jenis nila dan mas itu mati mendadak setelah angin kencang yang melanda daerah itu pada Minggu (16/3). Untuk mengatasi kerugian yang cukup besar, petani diminta melakukan panen dini, memindahkan ikan yang belum siap panen ke kolam dan menghidupkan pompa air oksigen. Lalu, mengurangi kepadatan tebar bibit ikan dari 10 ribu menjadi tiga ribu ekor tiap keramba jaring apung, mengurangi pemberian pakan ikan. Selain itu, mengatur jarak keramba jaring apung dari bibir pantai sekitar 200 meter dengan kedalaman 15 meter dan mengatur jarak antara keramba jaring apung dengan keramba jaring apung lain sekitar 10 meter. "Selama ini jarak dengan bibir pantai hanya 50 meter dengan kedalaman lima meter dan jarak antara keramba jaring apung dengan keramba jaring apung lainnya hanya satu meter," katanya. Ia mengatakan, kematian ikan yang terjadi pada Senin (17/3), disebabkan karena kondisi air Danau Maninjau sangat pekat akibat tercemar amoniak atau senyawa hidrogen dan nitrogen, akibat pakan ikan terlalu banyak di dasar perairan dan ditambah limbah rumah tangga. "Senyawa ini dapat mengakibatkan ikan mati, setelah terjadi pengadukan air dasar danau, sehingga udara pada perairan menjadi hampa," katanya. DKP Kabupaten Agam, katanya, akan memberikan surat edaran kepada petani terkait mengurangi padat tebar bibit ikan, pengaturan jarak keramba jaring apung dan lainnya. Sebelumnya, DKP Kabupaten Agam sudah memberikan surat edaran kepada petani agar mengurangi tebar benih pada Agustus 2013 sampai Maret 2014, karena pada saat itu cuaca ekstrem yang mengakibatkan naiknya air ke permukaan dan tubo balerang. "Surat edaran ini setiap tahun kami berikan kepada masyarakat dengan tujuan agar petani tidak mengalami kerugian cukup besar. Namun masyarakat tidak menghiraukan imbauan tersebut," katanya. Ia mengatakan, kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau ini merupakan yang ketiga kalinya selama 2014, karena pada 29 Januari sebanyak 10 ton ikan mati dan pada 23 Januari sebanyak 11,530 ton ikan mati. Sementara pada 2008 sebanyak 15.000 ton keramba jaring apung di Danau Maninjau mati, kemudian 2009 sebanyak 15.000 ton, 2010 sebanyak 500 ton. Pada 2011 sebanyak 500 ton, kemudian tahun 2012 sebanyak 300 ton dan 2013 turun menjadi delapan ton. Danau Maninjau yang merupakan danau vulkanik berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Danau Maninjau sekitar 99,5 km dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubukbasung, ibukota Kabupaten Agam. (*/ari/jno)