MSF Sebut Kesehatan di Pengungsian Juba "Bom Waktu"

id MSF Sebut Kesehatan di Pengungsian Juba "Bom Waktu"

Juba, (Antara/AFP) - Keadaan kesehatan masyarakat di tempat pengungsian terbesar di ibukota Sudan Selatan, Juba, merupakan bom waktu, kata badan amal kesehatan pada Kamis. Terdapat sekitar 27 ribu orang memadati tempat pengungsian Tomping, yang menjamur di sekitar markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di dekat bandar udara saat warga ketakutan menyelamatkan diri dari pertempuran di ibukota itu, yang dimulai pada pertengahan Desember. Organisasi Dokter tanpa Perbatasan (MSF/Medecins sans Frontieres), yang mengoperasikan klinik di tempat pengungsian Tomping, mengatakan kondisi tempat pengungsian itu mengerikan. "Data awal menunjukkan bahwa jumlah orang yang tewas setiap hari berada di atas ambang batas darurat," kata MSF dalam sebuah pernyataan. "Hanya ada satu cara untuk menggambarkan Tomping - sangat penuh sesak," kata koordinator darurat MSF, Forbes Sharp. "Sudah jelas jika tempat ini tidak pernah dirancang untuk menjadi sebuah tempat pengungsian, atau untuk menampung orang sebanyak ini. Paling-paling tempat ini hanya bisa menampung orang sekitar 4.000-5.000 orang dan sekarang lebih dari 27 ribu orang telah memadati lokasi ini dalam situasi panas yang ekstrim," kata Sharp. "Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, kondisi yang sangat padat ini seperti bom waktu," katanya, seraya mencatat bahwa kepadatan kronis dan sanitasi yang tidak memadai berarti bahwa penyakit menular menyebar dengan sangat cepat. Serta penyakit diare, yang diperburuk oleh kebersihan yang tidak memadai, infeksi saluran pernapasan dan malaria. MSF mengatakan petugasnya di tempat pengungsian itu semakin banyak menemukan kasus penyakit campak, penyakit yang sangat menular yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan anak-anak kecil khususnya memiliki risiko infeksi lain yang besar. "Penyakit campak dalam sebuah tempat pengungsian sangat mengkhawatirkan karena mempengaruhi anak-anak, menyebar dengan cepat dan bisa membunuh," kata MSF. Konflik di Sudan Selatan, yang dimulai pada pertengahan Desember dengan bentrokan antara dua faksi dalam tentara, telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan hampir 900 ribu orang meninggalkan rumah mereka. Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada bulan Januari tidak mengakhiri pertempuran tersebut. Keadaan di Juba relatif tenang tetapi banyak dari mereka yang berlindung di tempat pengungsian Tomping dan di sebuah pangkalan Perserikatan Bangsa Bangsa kedua, dengan alasan mereka menjadi sasaran karena asal etnis mereka, sehingga mereka masih takut untuk kembali ke rumah. (*/sun)