Perawatan Kesuburan Sebabkan Tingginya Angka Kelahiran di AS

id Perawatan Kesuburan Sebabkan Tingginya Angka Kelahiran di AS

Washington, (Antara/Xinhua-OANA) - Sebuah temuan yang disiarkan pada Rabu (4/12) mengungkapkan lebih dari sepertiga bayi kembar dan lebih dari tiga-perempat kelahiran kembar-tiga atau kelahiran lain di Amerika Serikat adalah akibat dari bantuan teknologi reproduksi. Para peneliti dari Brown University mengumpulkan data mengenai banyak kelahiran dari 1962 sampai 1966, sebelum perawatan kesuburan medis apa pun tersedia dan dari 1971 sampai 2011, ketika data mengenai prosedur pembuahan tabung (IVF) tersedia. Mereka mendapati sumbangan perawatan kesuburan selama 40 tahun jelas: Antara 1971 dan 2011, jumlah banyak kelahiran di AS naik 3,5 persen dari 1,8 persen. Bahkan setelah penyesuaian usia ibu, angka kelahiran bayi kembar naik 1,6 kali antara 1971 dan 2009, kata para peneliti tersebut. Namun, jumlah bayi kembar tiga atau lebih yang berhubungan dengan perawatan kesuburan sebenarnya telah turun dari puncaknya sebanyak 84 persen pada 1998, setelah panduan IVF --tidak menganjurkan pembuahan tiga atau lebih embrio-- berlaku pada tahun itu, kata para peneliti di Brown University. Sebagian ibu dan pasangan mungkin mengharapkan bayi kembar melalui perawatan kesuburan, tapi kelahiran banyak bayi yang sering terjadi justru tak diinginkan, kata penulis senior peneliti tersebut Eli Adashi, Profesor Kebidanan dan Kandungan di Brown University. "Kita memang menghadapi masalah nyata dengan terlalu banyak kelahiran di Amerika Serikat dengan konsekuensi pada ibu dan bayi," kata Adashi di dalam satu pernyataan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Meskipun kelahiran bayi kembar dari IVF adalah akibat langsung dari jumlah embrio yang dibuahi dan pembuahan sengaja, terapi non-IVF melibatkan pengobatan yang merangsang telur dan pertumbuhan kelenjar dengan cara yang tak bisa diramalkan atau dikendalikan secara pasti, kata para peneliti itu. "IVF bergerak, dalam pengertian, di arah yang benar dan pembersihan tindakannya, sedangkan teknologi non-IVF adalah setidaknya menahannya dan barangkali menambah parah," kata Adashi. "Dari sudut pandang kebijakan, apa arti itu semua ialah (kita) perlu memusatkan perhatian pada teknologi non-IVF, yang benar-benar belum dilakukan dengan cara terpadu sebab semua itu sama sekali dipandang tidak relevan bagi tindakan ini." Temuan tersebut disiarkan di jurnal AS New England Journal of Medicine. (*/jno)