Dulu harus gadai tanah untuk biaya melahirkan, kini semua ditanggung BPJS Kesehatan

id Program JKN, BPJS Kesehatan,peserta JKN,Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) asal Kota Solok,Solok,sumbar,sumatera barat

Dulu harus gadai tanah untuk biaya melahirkan, kini semua ditanggung BPJS Kesehatan

Padang (ANTARA) - “Tak pernah terbayangkan punya perasaan sesenang dan selega ini saat sakit”, begitulah kalimat yang diucapkan Wendi S (47) peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) asal Kota Solok, ketika menceritakan pengalamannya memanfaatkan Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan.

Ucapannya sarat rasa syukur, mengingat perjalanan panjang keluarganya dalam menghadapi biaya kesehatan sebelum terdaftar sebagai peserta JKN.

Wendi menceritakan kisah istrinya yang mengidap penyakit bawaan, sehingga setiap proses persalinan yang dijalaninya penuh risiko. Sebelum menjadi peserta JKN, Wendi sudah dua kali melihat perjuangan sang istri melahirkan, termasuk mengalami beratnya perjuangan membiayai persalinan sang istri.

Persalinan pertama sang istri terjadi pada tahun 2000 yang dilakukan secara caesar di salah satu rumah sakit di Kota Solok. Pascaoperasi, sang istri mengalami perdarahan hebat sehingga membutuhkan transfusi darah sebanyak 12 kantong. Total biaya persalinan dan pengobatan saat itu mencapai 16 juta rupiah.

“Tak disangka, ternyata biayanya cukup besar bagi saya yang hanya bekerja serabutan. Terpaksa saya harus menggadaikan tanah warisan orang tua”, ucap Wendi dengan mata berkaca-kaca.

Pada 2024, istri Wendi kembali melahirkan anak keduanya. Namun, cobaan serupa kembali dialaminya ketika proses persalinan tersebut mengalami komplikasi. Kondisi itu mengharuskan sang istri menjalani operasi pengangkatan rahim guna menghentikan perdarahan dan menyelamatkan nyawanya. Demi menutupi biaya persalinan, Wendi terpaksa menjual satu-satunya sepeda motor miliknya dan kembali berhutang.

Sejak menjalani operasi, kondisi fisik istrinya menurun dan memerlukan perawatan lanjutan hingga kini. Di titik inilah Wendi merasakan perbedaan besar setelah hadirnya BPJS Kesehatan. Sejak resmi menjadi peserta JKN, beban biaya pengobatan yang dulu terasa begitu berat kini sepenuhnya tertangani.

“Kenapa BPJS Kesehatan ini baru ada sekarang? Kalau dari dulu sudah ada, tanah dan motor saya pasti selamat,” ucapnya sambil tertawa. Meski berbalut humor, ucapannya menyiratkan ketulusan hati dalam menerima pahitnya masa lalu," ujar Wendi .

Selama satu dekade menjadi peserta JKN, Wendi mengaku puas dengan perkembangan layanan BPJS Kesehatan, khususnya kemudahan administrasi yang kini bisa diakses secara digital.

“Sekarang cukup pakai HP, semua urusan administrasi beres,” tuturnya.

Menurutnya, inovasi ini sangat membantu peserta menghemat waktu dan tenaga.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta JKN yang melalui iuran bulanan turut menjaga keberlangsungan program ini.

“Dengan iuran Rp35.000 per orang per bulan, kita bisa berobat ke mana saja. Ini bentuk gotong royong yang luar biasa,” katanya penuh semangat.

Kisah Wendi menjadi bukti nyata manfaat Program JKN dalam meringankan beban biaya kesehatan masyarakat. Bagi dirinya, program ini bukan hanya layanan medis, tetapi juga jaring pengaman yang menyelamatkan keluarganya dari kesulitan finansial.

BPJS Kesehatan sendiri terus berkomitmen mempertahankan keberlanjutan Program JKN melalui transformasi layanan yang semakin mudah, cepat, dan setara bagi seluruh peserta.

Kolaborasi pemerintah, BPJS Kesehatan, dan masyarakat diharapkan terus terjalin agar setiap warga Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak tanpa beban biaya besar.

Diakhir percakapan, Wendi menyampaikan rasa bangga menjadi peserta JKN dan ingin selalu menjadi peserta JKN, karena baginya Program JKN adalah wujud nyata harapan dan pertolongan yang datang di saat keluarganya membutuhkan.

“Selama saya masih hidup, saya akan tetap menjadi peserta JKN. Jika diingat-ingat masa itu bikin nangis dan senyum sendiri karena alhamdulillah berhasil melewatinya,” ujarnya lirih. (Rilis)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.