Bukittinggi (ANTARA) - Masyarakat adat dari Pasukuan Tanjuang Nagari Kurai Limo Jorong (Bukittinggi) menggelar prosesi adat Maarak Pangulu Rudi Gunawan Syarfi Datuak Rajo Endah sebagai Pucuak Bulek Nan Balimo.
Gelar Pucuak Bulek menunjukkan posisi strategis dalam struktur kepemimpinan adat di Kota Bukittinggi yang tidak hanya berperan sebagai tokoh simbolis, tetapi juga sebagai pemegang kendali atas keputusan-keputusan penting dalam nagari.
"Amanah yang sangat berat, di tengah perkembangan dan perubahan zaman sekarang ini, tidaklah mudah bagi seorang pangulu dan pemangku adat lainnya untuk menjalankan peran dan fungsinya, sesuai dengan warih nan ditarimo,” kata Rudi Gunawan Datuak Rajo Endah, Minggu (15/6).
Kegiatan Maarak atau diarak dibawa berkeliling merupakan sebuah prosesi adat dalam sebuah kegiatan Batagak Gala di Nagari Kurai V Jorong dengan falsafah "manampuah labuah nan golong, pasa nan rami."
Datuak Rajo Endah didampingi puluhan ratusan tokoh adat dari Pasukuan Tanjuang dan Pangka Tuo Nagari diarak keliling jalan utama Kota Bukittinggi dengan bendi (delman) meliputi kawasan Jam Gadang, Rumah Gadang Nan Baanjuang, Kantor Kerapatan Adat hingga ke Rumah Dinas Wali Kota.
Prosesi ini bertujuan untuk memperkenalkan pemimpin yang baru diangkat kepada anak kamanakan serta masyarakat yang ad diderah kekuasaannya.
Prosesi ini juga menjadi simbol penting dalam kelangsungan adat dan budaya Minangkabau, khususnya di Nagari Kurai V Jorong.
Pelaksanaan Maharak Pangulu bukan hanya merupakan pengukuhan secara adat terhadap seorang pemangku sako, tetapi juga cerminan kesinambungan nilai dan tatanan sosial dalam masyarakat.
Rudi Gunawan Syarfi yang telah resmi menyandang gala kehormatan Datuak Rajo Endah dalam struktur adat Kurai V Jorong, menyampaikan rasa tanggung jawabnya yang besar dalam mengemban amanah tersebut.
“Setelah satu minggu saya memangku gala Datuak Rajo Endah, sebagai salah satu Pungulu Pucuak Bulek di Kurai V Jorong, saya merasa amanah yang saya dapatkan melalui sebuah proses kesepakatan yang bertingkat, bukanlah sesuatu yang ringan dan mudah,” ujarnya.
Dalam struktur adat Minangkabau, seorang Pangulu tidak hanya memiliki peran simbolik, melainkan juga memikul tanggung jawab besar dalam menjaga dan menegakkan nilai-nilai adat di tengah masyarakatnya.
Ia menegaskan pentingnya keterlibatan aktif dalam membina hubungan yang kuat antara struktur adat dan pemerintahan demi kemaslahatan bersama.
Dalam konteks saat ini, sinergi antara pemerintah dan pemangku adat menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai budaya lokal.
“Saya cukup optimis, bahwa sekarang kita memiliki momentum yang sangat baik, karena saya melihat hubungan antara Pemerintah Kota yang dinakhodai Bapak Ramlan Nurmathias Datuak Nan Basa, dengan lapisan pemangku adat Kurai V Jorong sangat harmonis dan saling bersinergi,” katanya.
Menurutnya, hubungan harmonis tersebut membuka peluang besar dalam membangun kolaborasi untuk kepentingan pendidikan budaya yang lebih sistematis dan berakar kuat pada nilai-nilai adat.
“Dengan adanya sinergi ini, sangat memungkinkan terjalinnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyusun sebuah Strategi Pendidikan Budaya berbasiskan adat Kurai V Jorong, untuk anak kemenakan kita ke depan, sehingga mereka punya modal budaya yang kuat untuk berinteraksi dengan kebudayaan global yang begitu beragam, dimana mereka tetap memiliki identitas sebagai orang kurai, dan branding sebagai orang kota yang beradat,” katanya.
Prosesi Maharak Pangulu merupakan salah satu upacara penting dalam tradisi Minangkabau, di mana seorang pemangku adat secara resmi dikukuhkan setelah melalui tahapan kesepakatan dalam kaumnya dan sukunya.
Pelaksanaan prosesi ini juga menjadi bentuk penguatan nilai-nilai adat dan budaya di tengah modernitas.
Dalam konteks Nagari Kurai V Jorong, eksistensi pangulu tidak hanya menjadi penopang struktur sosial, tetapi juga menjadi penghubung antara warisan leluhur dan tuntutan pembangunan zaman kini.