Kemenag: Pemuka Agama Islam Hadapi Tantangan Besar

id Kemenag: Pemuka Agama Islam Hadapi Tantangan Besar

Jakarta, (Antara) - Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat optimis bahwa umat Islam di kawasan Asia Tenggara (Asean) akan bersatu dan bekerjasama dalam menghadapi tantangan yang besar, seiring dengan makin strategis posisi negara-negara bersangkutan dalam kancah politik internasional. Pernyataan tersebut dikemukakan Sekjen seusai mengikuti Mesyuarat Senior Official Meeting (SOM) Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ke-38 yang berlangsung pada 28-31 Oktober di Langkawi, Malaysia. Pada pertemuan itu, kata Bahrul, Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri JamilKhir Baharom mengangkat isu liberalisme dan pluralisme umat Islam Nusantara yang perlu diperhatikan karena melalui serangan pemikiran dapat membawa perpecahan. Memang pemuka agama Islam di kawasan Asia Tenggara (Asean) dituntut tanggungjawab dan perannya lebih besar lagi karena perkembangan dunia informasi dan teknologi demikian besar disamping posisinya sangat strategis sebagai benteng menghadapi isu yang mengancam umat tersebut di Nusantara, kata Bahrul. Tantangan besar bagi umat Islam yang dimaksud Bahrul adalah dampak dari perkembangan teknologi informasi. Karena itu umat Islam dituntut mengambil peran lebih besar lagi ke depan. Untuk itu forum Mabims harus memberi kontribusi lebih nyata lagi karena hl itu sejalan realias dengan perkembangan dunia informasi dan teknologi yang berkembang pesat. "Juga pemuka agama di kawasan itu dituntut bekerja sama dan bersatu lebih konkrit lagi," ia menegaskan. Bahrul mengingatkan, forum Mabims sangat strategis untuk membangun kerjasama dan kemajuan umat Islam di Nusantara. Posisi negara-negara anggota Mabims yang diapit oleh Negara-negara Super Power dan Blok-blok Besar menuntut umat Islam untuk maju dan tidak tertinggal dari bangsa lain atau umat lain. Mabims merupakan forum kerjasama Menteri Agama dari empat negara di Asia Tenggara, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura yang akan berusia seperempat abad. Mabims didirikan pada 9 Agustus 1989 bersamaan dengan pertemuan Menteri Agama Republik Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam pada 1989 di Brunei Darussalam. Pada 1994, ikut bergabung Singapura dalam forum Mabims. Suasana Harmoni Pada bagian lain Bahrul Hayat juga mengatakan, bahwa pembangunan nasional hanya akan terwujud apabila didukung dengan suasana yang harmoni. "Kita tidak mungkin membangun umat Islam yang bermartabat tanpa didukung dengan suasana kehidupan yang harmoni, penuh toleransi dan kebersamaan. Kita tidak ingin ada konflik diantara kita yang akan mengganggu kehidupan kebangsaan maupun ukhuwah Islamiyah," ujar Sekjen. Terkait dengan tema Senior Official Meeting (SOM) ke-38 tahun 2013, yaitu Keharmonian Asas Pembangunan Umah, ia menyatakan apresiasinya karena sejalan tuntutan zaman. "Kami sangat setuju, karena hanya dengan keharmonian atau persatuan, maka pembangunan nasional akan dapat terwujud. Pada akhirnya akan menjadikan umat Islam menjadi sejahtera," ia menegaskan. Hubungan dan kerjasama erat yang terjalin antara negara-negara anggota Pertemuan Khas Tidak Rasmi Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (Mabims), mampu menjadi benteng kukuh dalam menghadapi isu dan cabaran yang mengancam umat Islam di Nusantara. Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Jamil Khir Baharom, seperti dikutip Bernama, menyatakan, selain isu liberalisme dan pluralisme umat Islam Nusantara turut berhadapan dengan serangan pemikiran yang boleh membawa perpecahan. "Di rantau kita, Islam tidak kurang hebatnya diancam walaupun bukan dalam bentuk peperangan, isu-isu yang dihadapi perlu ditangani dengan serius agar kedaulatan Islam teguh dan terpelihara," katanya. Pertemuan Mabims diadakan setiap dua tahun dan diikuti juga oleh Thailand dan Filipina sebagai pemerhati. (*/WIJ)