Bukittinggi (ANTARA) - Sebanyak 48 kepala keluarga (KK) warga terdampak bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi mulai direlokasi ke lokasi aman yang sudah disiapkan pemerintah di zona aman Lubuk Basung.
Warga asal Kecamatan Candung dan Ampek Angkek ini sebelumnya menjadi korban bencana yang terjadi pada Mei 2024 lalu.
Camat IV Angkek, Rahmad Fajri, Rabu (23/4) menyampaikan harapannya agar masyarakat yang berpindah ke pemukiman baru dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
"Penting untuk adaptasi dan kebersamaan dalam membangun komunitas baru yang aman dan nyaman. Diharapkan warga yang direlokasi dapat membaur dengan masyarakat di tempat tinggalnya yang baru, ikuti aturan yang ada di lingkungan yang baru," katanya.
Relokasi ini merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi risiko bencana yang terus mengancam warga yang bermukim di pinggiran aliran sungai Gunung Marapi.
Puluhan warga yang terdampak diberangkatkan dari Lapangan Sepak Bola Batu Taba, lokasi yang dijadikan titik kumpul sebelum menuju tempat tinggal baru.
Para warga yang direlokasi diberangkatkan menggunakan dua moda transportasi berbeda, yakni bus untuk warga dan truk yang mengangkut barang-barang pribadi.
"Teknisnya, mereka berangkat dengan baramg-barangnya, warga dengan bus dan barang-barang dengan truk ke rumah masing-masing," kata Rahmad Fajri.
Ia mengatakan seluruh proses relokasi difasilitasi oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Agam.
Lubuk Basung dipilih sebagai lokasi relokasi karena dinilai memiliki infrastruktur yang memadai dan jauh dari risiko bencana alam yang serupa.
Wilayah ini juga telah disiapkan sebagai kawasan permukiman baru yang akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan para warga yang direlokasi.
Pemerintah daerah menyediakan berbagai fasilitas dasar untuk mendukung proses pemindahan ini, mulai dari transportasi, penyiapan tempat tinggal hingga kebutuhan logistik dasar lainnya.
"Semuanya difasilitasi oleh Dinas Perkim Kabupaten Agam. Totalnya ada 48 KK, 39 dari Bukik Batabuah Kecamatan Canduang, 9 IV Angkek," katanya.
Sementara itu, Wali Nagari Bukik Batabuah, Firdaus, menyebut bahwa warganya yang terlibat dalam relokasi merupakan penduduk yang tinggal di area dengan risiko tinggi terhadap banjir bandang.
Ia menjelaskan bahwa rumah-rumah warga sebelumnya berada di sepanjang bantaran sungai yang telah dikategorikan sebagai zona merah.
"Masyarakat yang direlokasi ini adalah mereka yang tinggal di pinggiran sungai dengan radius 100 meter kiri kanan," kata Firdaus.
Pemerintah Kabupaten Agam membagi program relokasi ini ke dalam dua tahap. Relokasi tahap pertama dilakukan secara kolektif, di mana pemerintah menyediakan lahan dan bangunan tempat tinggal bagi warga yang dipindahkan.
Langkah ini dimaksudkan agar proses perpindahan dapat berlangsung cepat, serta menjamin keselamatan warga dari potensi bencana yang serupa di masa mendatang.
"Ini adalah tahap pertama, relokasi kolektif, yang di sana pemerintah menyediakan tanah dan bangunan untuk masyarakat yang direlokasi. Hari ini kita dalam proses pemindahan masyarakat ke Lubuk Basung," ujar Firdaus.
Untuk tahap kedua, pemerintah akan menerapkan skema relokasi mandiri. Dalam pola ini, warga diminta menyediakan lahan tempat tinggal mereka sendiri, sementara pemerintah akan membantu dalam pembangunan rumah melalui skema bantuan resmi.
"Tahap selanjutnya adalah relokasi mandiri, dimana masyarakat menyiapkan lahannya sendiri dan pemerintah yang membangunkan. Itu sedang proses dan hari ini sedang ada pertemuan dengan bidang terkait," pungkas Firdaus.