Singapura (ANTARA) - Harga minyak bangkit kembali di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah meluncur ke posisi terendah 15 bulan di sesi sebelumnya karena pasar agak tenang setelah Credit Suisse dilempar penyelamat keuangan oleh regulator Swiss.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 60 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 74,29 dolar AS per barel pada pukul 07.42 GMT, Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 47 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 68,08 dolar AS per barel.
Namun, terpukul oleh kekhawatiran meningkatnya tekanan pada bank-bank di seluruh dunia, sentimen pasar tetap rapuh dengan kedua harga acuan melepaskan beberapa kenaikan Kamis pagi yang membuat Brent naik lebih dari satu dolar.
Pada Rabu (15/3/2023), penurunan hari ketiga berturut-turut, minyak mentah AS turun di bawah 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 20 Desember 2021. Brent telah kehilangan hampir 10 persen sejak penutupan Jumat (10/3/2023), sementara minyak mentah AS jatuh sekitar 11 persen.
"Mengingat (ini) benar-benar digerakkan oleh makro daripada digerakkan oleh fundamental minyak, WTI dapat menggoda gagasan mencapai titik terendah di 60 dolar AS. Tapi saya tidak benar-benar melihat kehancuran total," kata Viktor Katona, analis minyak mentah utama di perusahaan analitik data Kpler.
Credit Suisse mengatakan pada Kamis akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor setelah kemerosotan sahamnya meningkatkan kekhawatiran tentang krisis keuangan global.
"Sentimen pasar memburuk karena krisis perbankan meluas ke Eropa dari AS...Tren masa depan akan bergantung pada tingkat kecemasan pasar bahkan saat fundamental tidak selalu menunjukkan banyak tanda bearish," kata analis dari Haitong Futures dalam sebuah pernyataan.
Prospek cerah OPEC untuk permintaan minyak China juga mendukung harga, kata Lim Tai An, analis di Phillip Nova Pte.
OPEC menaikkan perkiraan permintaan China untuk 2023 awal pekan ini dan laporan bulanan dari Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (15/3/2023) mengisyaratkan dorongan yang diharapkan untuk permintaan minyak dari dimulainya kembali perjalanan udara dan pembukaan kembali ekonomi China setelah meninggalkan kebijakan nol-COVID.
Tapi kekhawatiran kelebihan pasokan tetap ada.
IEA mengatakan dalam laporannya bahwa stok minyak komersial di negara-negara OECD telah mencapai level tertinggi dalam 18 bulan, sementara produksi minyak Rusia tetap mendekati level sebelum perang pada Februari meskipun ada sanksi atas ekspor lintas lautnya.
Stok minyak mentah AS juga naik minggu lalu sebesar 1,6 juta barel, melebihi ekspektasi para analis kenaikan 1,2 juta barel, Badan Informasi Energi mengatakan pada Rabu (15/3/2023).
Kemudian pada Kamis, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa terlihat condong ke arah kenaikan suku bunga setengah poin persentase karena ekonomi zona euro meningkat dan inflasi akan tetap tinggi selama bertahun-tahun.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan permintaan minyak tertekan karena pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi kekhawatiran tentang krisis di sektor perbankan juga dapat membebani permintaan minyak.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak bangkit kembali di Asia setelah Credit Suisse peroleh bantuan
Berita Terkait
BI: Ketegangan global turut picu penurunan ekspor CPO Sumbar
Rabu, 6 November 2024 18:18 Wib
Produk turunan minyak nilam Aceh
Selasa, 22 Oktober 2024 16:16 Wib
Harga pangan Rabu pagi, cabai rawit turun Rp3.230 jadi Rp42.270 per kg
Rabu, 9 Oktober 2024 9:06 Wib
Harga pangan Senin fluktuatif, minyak goreng stabil Rp18.110 per kg
Senin, 7 Oktober 2024 9:14 Wib
Harga cabai keriting pada Kamis naik Rp1.030 jadi Rp32.640 per kg
Kamis, 3 Oktober 2024 9:47 Wib
BPS yakini lonjakan permintaan CPO tidak ganggu kebutuhan dalam negeri
Rabu, 2 Oktober 2024 16:01 Wib
BI ungkap potensi besar ekspor CPO asal Sumbar ke India pada 2025
Rabu, 2 Oktober 2024 10:43 Wib
Sumbar catat peningkatan nilai ekspor hingga 64,40 persen
Selasa, 1 Oktober 2024 17:15 Wib