Arifi Saiman Raih Doktor Ilmu Komunikasi

id Arifi Saiman Raih Doktor Ilmu Komunikasi

Bandung, (Antara) - Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Paris Arifi Saiman berhasil meraih Doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran Bandung, dengan disertasi tentang peran mediasi Nahdlatul Ulama dalam meredam konflik di Thailand Selatan. "Kebijakan luar negeri Thailand dengan mengundang partisipasi aktif NU dalam membantu penyelesaian konflik di Thailand Selatan yang mayoritas Muslim merupakan refleksi kepercayaan Pemerintah Thailand kepada reputasi NU sebagai lembaga organisasi masyarakat madani," kata Arifi saat menjelaskan tentang disertasinya kepada Antara di Bandung, Jumat. Diplomat RI di KBRI Paris itu meraih gelar Doktor Setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada sidang Doktor Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung pada 17 Juli 2013 dengan predikat Cum Laude. Selama kurang lebih lima tahun Arifi melakukan riset mengenai diplomasi warga negara dalam resolusi konflik dengan mengambil studi kasus diplomasi WNI yang dilakukan NU melalui proses mediasi dalam mengupayakan resolusi konflik di Thailand Selatan. "NU mengedepankan semangat pendekatan dialogis dan anti kekerasan dalam menyikapi permasalahan sosial kemasyarakatan atau masalah konflik sosial yang melibatkan unsur kekuasaan atau kepentingan kelompok di Thailad Selatan," katanya. Diplomat RI yang juga pernah bertugas di Kanada dan Senegal itu menjelaskan, komunikasi internasional NU melalui misi citizen diplomacy (diplomasi warga negara) yang diembannya, diimplementasikan dalam bentuk penyelenggaraan berbagai pertemuan dengan kalangan pemerintah dan ulama atau tokoh masyarakat Melayu Muslim Patani serta Raja Thailand Bhumibol Adulyadej. Langkah itu dilakukan NU untuk kepentingan perdamaian serta untuk membangun kembali persepsi masing-masing pihak yang sempat terdistorsi oleh perbedaan-perbedaan kepentingan yang sifatnya sesaat. Dalam disertasinya, Arifi juga mengemukakan, misi diplomasi NU memiliki peranan strategis dalam membantu upaya untuk membuka saluran komunikasi yang sempat tersumbat oleh pengaruh dinamika perkembangan wilayah konflik yang tidak kondusif. Peranan itu sangat strategis karena terkait hubungan tradisi dan kultur berbasis ajaran Ahlussunnah wal jamah yang sama-sama menjadi haluan kehidupan keagamaan warga NU dan warga masyarakat Melayu Muslim Patani, selain juga karena moderasi sikap NU itu sendiri. "Memang penggunaan pendekatan budaya dalam pelaksanaan misi warga negara menjadi opsi strategis untuk kepentingan membangun proses komunikasi efektif antar-pihak yang memediasi dengan yang dimediasi," kata alumnus School of Politics, The Flinders University of South Australia itu. Ia juga mengemukakan, citizen diplomacy atau Second track diplomacy dengan kategori pelaku non-negara (non-state actor) memerlukan fasilitasi dari institusi negara guna mendukung efektivitas misi diplomasi (komunikasi internasional) yang diembannya. (*/wij)