Wall St turun untuk minggu pertama 2022

id Wall Street,indeks Dow,indeks S&P,indeks Nasdaq,data pekerjaan As,kebijakan Fed

Wall St turun untuk minggu pertama 2022

Arsip Foto - Pialang bekerja mengenakan masker di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat, Selasa (26/5/2020). ANTARA/REUTERS/Brendan McDermid/am.

New York (ANTARA) - Wall Street mengakhiri minggu pertama tahun baru dengan kerugian harian dan mingguan pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor khawatir tentang kenaikan suku bunga AS dan berita penyebaran cepat Omicron yang sedang berlangsung.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 4,81 poin atau 0,01 persen, menjadi menetap di 36.231,66 poin. Indeks S&P 500 berkurang 19,02 poin atau 0,41 persen, menjadi berakhir di 4.677,03 poin. Indeks Komposit Nasdaq merosot 144,96 poin atau 0,96 persen, menjadi ditutup di 14.935,90 poin.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor consumer discretionary dan teknologi masing-masing merosot 1,65 persen dan 1,01 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi terangkat 1,45 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terbaik.

Untuk minggu ini, indeks Dow turun 0,3 persen, S&P 500 turun 1,9 persen dan Nasdaq turun 4,5 persen.

Nasdaq membukukan persentase penurunan mingguan terbesar sejak Februari 2021 dan memimpin penurunan hari ini di indeks-indeks utama. Saham-saham jatuh pada Jumat (7/1/2022) setelah laporan pekerjaan AS untuk Desember meleset dari ekspektasi tetapi masih dipandang cukup kuat untuk mempertahankan jalur pengetatan Federal Reserve.

Data Departemen Tenaga Kerja pada Jumat ( (7/1/2022) menunjukkan pasar pekerjaan AS berada pada atau mendekati pekerjaan maksimum, meskipun pekerjaan naik jauh lebih rendah dari yang diharapkan pada Desember, ketika ada kekurangan pekerja.

Pada Rabu (5/1/2022), risalah yang dirilis dari pertemuan kebijakan Fed 14-15 Desember menunjukkan para pejabat di bank sentral AS memandang pasar tenaga kerja sebagai "sangat ketat," dan mengisyaratkan The Fed mungkin harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Penilaian investor adalah bahwa pasar tenaga kerja terus ketat meskipun ada berita utama yang meleset," kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors di Boston.

"Investor khawatir The Fed akan lebih agresif dari yang diharapkan."

Perusahaan teknologi besar telah diuntungkan dari suku bunga rendah. Di sisi lain, sektor keuangan dan indeks perbankan S&P 500 memperpanjang kenaikan baru-baru ini dan mencapai rekor penutupan tertinggi. Indeks bank naik 9,4 persen untuk minggu ini, mencatat persentase kenaikan mingguan terbesar sejak November 2020.

Perbankan telah meningkat karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan melonjak ke tertinggi dua tahun pada Jumat (7/1/2022) serta prospek kenaikan suku bunga Fed.

"Sentimen telah berubah menjadi negatif," kata Jack Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma. "Saat ini pasar sedang gugup dan dalam suasana untuk menjual karena petunjuk pertama dari berita buruk."

Meningkatnya kasus pada varian virus corona Omicron juga menyebabkan kegelisahan investor minggu ini.

Investor telah merotasi saham-saham pertumbuhan teknologi tinggi ke saham-saham yang lebih berorientasi nilai, yang menurut mereka mungkin lebih baik dalam lingkungan suku bunga tinggi.

Sektor energi S&P 500 naik tajam untuk minggu ini, melonjak 10,6 persen dalam minggu terbaiknya sejak November 2020.

Volume transaksi bursa AS mencapai 10,21 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata sekitar 10,4 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.