OJK sebut potensi ekonomi digital RI tertinggi di Asia Tenggara, terus meningkat hingga 2025

id Ekonomi dan Keuangan Digital,E-commerce,OJK,Penetrasi Digital

OJK sebut potensi ekonomi digital RI tertinggi di Asia Tenggara, terus meningkat hingga 2025

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana dalam Launching Roadmap Pengembangan Industri BPR dan BPRS 2021-2025 di Jakarta, Selasa (30/11/2021). ANTARA/Agatha Olivia

Jakarta, (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana mengatakan potensi ekonomi dan keuangan digital Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara dan diproyeksikan terus meningkat hingga 2025.

"Akumulasi nilai transaksi daring atau gross merchandise value (GMV) online selama 2021 mencapai 70 miliar dolar AS, tertinggi di Asia Tenggara," kata Heru dalam Launching Roadmap Pengembangan Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) 2021-2025 di Jakarta, Selasa.

Ke depan untuk 2025, nilai GMV itu diperkirakan meningkat menjadi 146 miliar dolar AS.

Tercatat, nilai GMV beberapa negara di Asia Tenggara berada cukup jauh di bawah Indonesia, seperti Malaysia yang hanya sebesar 21 miliar dolar AS di 2021, Filipina 40 miliar dolar AS, SIngapura 27 miliar dolar AS, Thailand 56 miliar dolar AS, dan Vietnam 57 miliar dolar AS.

Menurut Heru, e-commerce menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital Indonesia, yaitu senilai 53 miliar dolar AS dan memiliki petumbuhan sebesar 52 persen pada 2021 jika dibandingkan dengan 2020 yang senilai 35 miliar dolar AS.

"Bonus demografi juga telah membawa Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi tinggi dalam peningkatan ekonomi dan keuangan digital," ujarnya.

Di sisi lain, ia menuturkan sebanyak 72 persen dari konsumen baru digital atau 15 juta orang berasal dari area non-metropolitan selama tahun 2020 hingga semester I-2021, sehingga secara positif menunjukkan peningkatan penetrasi digital di Tanah Air.

Sementara itu, Laporan Aktivitas E-commerce Indonesia pada Januari 2021 mencatat sebanyak 93 persen pengguna internet mencari produk atau jasa secara daring, 97,3 persen pengguna internet mengunjungi laman resmi e-commerce, serta 78,2 persen pengguna internet menggunakan aplikasi belanja daring dalam telepon genggamnya.

Kemudian, sebanyak 97,1 persen pengguna internet membeli satu produk secara daring, serta 79,1 persen pengguna internet membeli produk melalui telepon genggam.

Berdasarkan laporan tersebut, Heru menyampaikan sebagian besar pemilik usaha pun akan meningkatkan penggunaan layanan keuangan digital dalam satu hingga dua tahun ke depan.

"Tentunya peluang ini menjadikan dasar bagi kami untuk terus membuat BPR dan BPRS mengambil berbagai peluang yang telah kami sebutkan tadi," katanya. (*)